Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia dalam beberapa hari terakhir kembali melesat setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, kembali memangkas suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR). Adapun sentimen lain penguatan harga emas ialah masih berlanjutnya perang dagang AS-China.
Dari dalam negeri, harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) untuk ukuran 1 gram telah naik Rp 97.000 atau melesat 14,54% sejak awal tahun hingga Jumat (1/11/2019) pada harga Rp 764.000/gram. Padahal, akhir tahun lalu harganya masih sebesar Rp 667.000/gram.
Untuk harga emas Antam acuan 100 gram, berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini (1/11), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 684.000 juta dari harga Kamis kemarin Rp 674.000 juta per batang.
Sumber: Logammulia.com
|
Bukan tidak mungkin harga emas yang diproduksi Antam akan menyentuh harga Rp 900.000/gram pada tahun depan di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil dan hubungan geopolitik antara negara-negara di dunia yang memicu investor mencari aset lindung nilai yang aman alias safe haven.
Di sisi lain, di pasar spot global, harga emas kembali bergairah karena The Fed memotong sebanyak 3 kali suku bunga acuannya sepanjang tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin menjadi 1,5%-1,75%. Hal ini membuat Dolar AS melemah karena suku bunganya yang menurun.
Harga logam mulia emas sangat erat kaitannya dengan nilai tukar khususnya dolar AS, karena secara internasional perhitungan harga emas di pasar global menggunakan mata uang dolar AS. Kala greenback (dolar AS) melemah, maka harga emas akan naik di pasar spot global akan naik.
Secara tradisional emas juga sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, ketika The Fed menurunkan suku bunga, inflasi di AS kemungkinan akan meningkat, begitu juga dengan dengan daya tarik akan emas.
Sebagai save haven, adanya perang dagang AS-China yang sudah berlangsung hampir 16 bulan telah membuat harga emas melesat dikarenakan perekonomian global yang melambat dan memicu kekhawatiran akan resesi di sejumlah negara.
Belum lagi proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Britania Exit (Brexit) yang berlarut-larut yang berlanjut hingga tahun depan.
Pemimpin Uni Eropa sepakat untuk memperpanjang Brexit sampai tanggal 31 Januari 2020. Tak ayal kondisi tersebut membuat investor memburu emas sebagai instrumen save haven.
David Roche, Presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London, sebelumnya juga sempat memprediksi harga emas global bisa mencapai US$ 2.000 per troy ounce pada akhir tahun ini, dilansir CNBC International, Juli silam. Harga tersebut setara dengan Rp 28 juta per troy ounce (Oz), dengan asumsi kurs Rp 14.100/US$.
Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100/US$, maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 906.771/gram.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191101125305-17-111975/harga-emas-antam-rp-900000-gram-tahun-depan-kenapa-enggak
2019-11-01 06:29:15Z
52781876156968
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Emas Antam Rp 900.000/gram Tahun Depan? Kenapa Enggak - CNBC Indonesia"
Post a Comment