Search

Bankir Blak-blakan Rupiah Jatuh Bukan Karena Iran-Israel, Ini Datanya - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan tetap terjadi meskipun konflik Timur Tengah mereda dan indeks dolar melemah.

Merujuk data Refinitiv, rupiah ada di posisi Rp 16.235 per US$1 atau melemah 0,03%. Dalam sebulan, mata uang Garuda sudah melemah 2,4%. Masih melemahnya nilai tukar rupiah ini menjadi perhatian banyak pihak, termasuk perbankan.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan penyebab tren pelemahan nilai tukar rupiah sampai sempat tembus ke Rp16.350, bukan karena konflik di Timur Tengah yang memanas.

Pelemahan mata uang Garuda terjadi karena beberapa faktor musiman, seperti meningkatnya kebutuhan sektor riil.

1. Kebutuhan Dolar Melonjak untuk Impor Jelang Lebaran

Jahja menjelaskan persiapan Hari Raya Idul Fitri 2024 ikut menekan rupiah karena pengusaha juga bersiap membeli bahan baku untuk kebutuhan produksi. Sebab, kebutuhan pada masa Lebaran akan lebih tinggi dari kebutuhan hari biasa.

"Jadi ada kebutuhan impor, juga meningkat," ujar Jahja pada saat konferensi pers kinerja BCA Kuartal I-2024 secara virtual, Senin (22/4/2024).

Pernyataan Jahja ini sejalan dengan besarnya impor pada Februari dan Maret 2024. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor melesat pada Februari 2024
Sebagai catatan, impor biasanya sudah melesat sebulan sebelum Ramadhan karena produsen akan menggenjot produksi untuk memenuhi tingginya permintaan saat Lebaran.

Impor pada Februari 2024 melonjak 15,84% (year on year/yoy) menjadi US$ 18,44 miliar. Pada Maret, impor melandai tipis US$ 17,96 miliar.

2. Capital Outflow Investor Asing

Jahja  menambahkan rupiah juga melemah karena ada penarikan modal dari investor luar negeri dari saham dan obligasi di pasar modal RI. Kemudian, musim pembagian dividen di kuartal I-2024 yang sebagian besar mengalir ke luar untuk para investor asing yang merupakan pemilik perusahaan di Indonesia.

"Jadi ada masalah supply dan demand," terang Jahja.

Berdasarkan data transaksi 16 - 18 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp21,46 triliun terdiri dari jual neto Rp9,79 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp3,67 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp8,00 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Capital outflow atau arus keluar dana asing sudah terjadi sejak pekan kedua Maret hingga pekan lalu. Dalam empat pekan terakhir, outflow menembus Rp 36,57 triliun.

Catatan bursa saham Indonesia juga menunjukkan outflow sangat kencang.  Aliran keluar dana asing terpantau selalu terjadi setiap hari perdagangan sejak awal bulan ini. Penjualan paling banyak sempat terjadi pada sehari sebelum libur panjang lebaran, Jumat (5/4/2024) hingga Rp3,7 triliun. Tekanan jual kemudian berlanjut hingga setelah lebaran.

Net sell di bursa saham RI pada periode 1-22 April 2024 saja sudah menembus Rp 14,9 triliun.

3. Permintaan Dolar AS Naik untuk Jalan-Jalan Warga RI
Jahja menambahkan demand juga datang dari masyarakat Indonesia yang bepergian ke luar negeri.
"Iya menurut saya begitu pak juga saat liburan banyak yg ke Luar Negeri beli ticket, hotel dan belânja ini juga kebutuhan US$," imbuhnya.

Salah satu permintaan dolar AS yang tinggi dari masyarakat selama Ramadhan datang dari jamaah umroh. Pasalnya, jamaah umroh selalu melonjak selama Ramadhan di mana pada tahun ini mulai pada 12 Maret hingga 9 April 2024.

4. Spekulan dan Aksi Timbun Dolar Ekspor di Luar Negeri
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menjelaskan penyebab rupiah melemah adalah aksi spekulan serta ekspektasi jika mata uang Garuda akan melemah.
Aksi timbun dolar ekspor juga menjadi salah satu penyebab rupiah ambruk.

"Rupiah melemah karena eksportir menimbun dolar AS, antisipasi pelemahan rupiah ke depan, serta aksi spekulan untuk meng'corner' BI untuk menaikkan suku bunga," ujar Satria, kepada CNBC Indonesia.

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam sudah merevisi aturan DHE.

Terdapat beberapa perubahan dalam aturan baru mengenai DHE sumber daya alam (SDA) ke dalam bank di dalam negeri.Di antara perubahan tersebut adalah eksportir wajib menyimpan minimal 30% dari DHE dalam sistem keuangan Indonesia selama jangkawaktu tertentu.

Namun, aturan tersebut belum efektif membawa dolar pulang kampung. Dalam catatan BI, Term Deposit Valas untuk penempatan DHE relatif stabil di posisi US$ 1,95 miliar per 20 Maret 2024.

Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan target awal yakni sekitar US$ 8 miliar cadangan devisa per bulannya.

5. Memudarnya Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) semakin memudar. Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed bergeser dari Maret ke Juni dan sekarang ke September.

Memudarnya ekspektasi pemangkasan terjadi setelah inflasi AS meningkat menjadi 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% (yoy) pada Februari 2024.

Memudarnya ekspektasi sempat membuat indeks dolar AS menyentuh 106,26 pada pekan lalu, rekor tertingginya dalam lima bulan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Research @cnbcindonesia.com

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/rss/articles/CBMihQFodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9yZXNlYXJjaC8yMDI0MDQyMzEyMDE1MS0xMjgtNTMyNjAwL2Jhbmtpci1ibGFrLWJsYWthbi1ydXBpYWgtamF0dWgtYnVrYW4ta2FyZW5hLWlyYW4taXNyYWVsLWluaS1kYXRhbnlh0gEA?oc=5

2024-04-23 06:15:00Z
CBMihQFodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9yZXNlYXJjaC8yMDI0MDQyMzEyMDE1MS0xMjgtNTMyNjAwL2Jhbmtpci1ibGFrLWJsYWthbi1ydXBpYWgtamF0dWgtYnVrYW4ta2FyZW5hLWlyYW4taXNyYWVsLWluaS1kYXRhbnlh0gEA

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bankir Blak-blakan Rupiah Jatuh Bukan Karena Iran-Israel, Ini Datanya - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.