Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe (KEKAL) tengah diperjuangkan oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) agar semakin makmur meski sumber daya alamnya sudah menipis. Berbagai jurus pun disiapkan setelah proses diskusi.
Direktur Utama LMAN, Rahayu Puspasari membagikan empat jurus yang telah disepakati stakeholders atau pemangku kepentingan dalam membangun iklim investasi kondusif di KEKAL yang menargetkan menjaring 40 ribu tenaga kerja.
"Pertama, perlu kemudahan perizinan, kalau bicara KEKAL belum semuanya satu pintu. Kita mencoba mensupport perizinan ini agar menjadi lebih mudah bagi calon investor," ujar Rahayu dalam acara sosialisasi bersama media pada Jumat (1/2/2019) di Jakarta.
Selanjutnya adalah mempercepat proes persetujuan pemanfaatan aset. Rahayu menganalogikan hal ini seperti membuat brosur kepada para calon investor yang notabene ingin segera mendapatkan info.
Yang ketiga menyangkut masalah pembangunan dan harga sewa fasilitas. Lantaran, banyak fasilitas di KEKAL yang underutilized.
"Kawasan Arun ini ada jetty, ada macam-macam tanah untuk berbagai keperluan tapi yang di luar ini ada fasilitas lain," tutur dia.
Beberapa fasilitas di sana seperti perumahan karyawan, stadion, lapangan golf, dan club house. Ia pun mengungkapkan preferensi terhadap sharing economy dan facility.
Saat ini, LMAN memiliki aktiva 1.840 HA di KEKAL dan aset Rp 6 triliun. Terdapat plan site seluas 668,09 HA, buffer zone seluas 431,90 HA dan community site 666,09 HA. Untuk luas KEKAL mencapai 2.622,48 HA dan telah dikelola LMAN sejak 2016.
Terakhir adalah mengutamakan kearifan lokal yang dipandang sebagai kunci penting. "Kearifan lokal ini menjadi kunci. Acceptance ini kunci bagi investor," ujar Rahayu yang turut menginginkan adanya kontribusi sosial di KEKAL, bukan semata revenue.
Ingin Kawasan Ekonomi Khusus Tetap Produktif
Sebelumnya, Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) tengah bergerak agar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tidak berakhir menjadi "kota hantu" bila sumber dayanya telah habis.
Fenomena "kota hantu" ini dapat terjadi di lokasi industri di berbagai negara ketika sumber daya sebuah daerah habis sehingga industri dan penduduknya pergi secara massal.
Demi mencegah itu, Direktur Utara LMAN, Rahayu Puspasari mulai berusaha agar muncul nilai-nilai tambah di suatu kawasan ekonomi agar memiliki pertumbuhan berkelanjutan. Kini, LMAN fokus pada KEK Arun Lhokseumawe (KEKAL) dan kawasan Bontang.
"Arun ini sebenarnya, bukan telat, tetapi sempat sepi ekonominya, sudah decline, tapi dibangkitkan," ujar Rahayu, Jumat 1 Februari 2019 di Jakarta.
LMAN memiliki aset sebesar Rp 6 triliun di KEKAL, termasuk Kilang Arun seluas 1.840 HA. Tetapi, KEKAL saat ini fokus pada regasifikasi bersama Pertagas karena sumber daya gasnya sudah menipis. Selain itu, banyak fasilitas di sana yang underutilized, padahal dulunya area itu mirip Hong Kong.
Dalam area perumahan karyawan, misalnya, di 1.088 rumah tetapi belum semuanya terisi. Pada plant site seluas 668,09 hektar juga belum digunakan secara optimal, bahkan masih ada lahan kosong untuk dibangun pembangkit listrik dan kilang.
Fasilitas masyarakat dan industri pun sudah mumpuni, terdapat condensate tank, power generator, turbin gas, LNG Jetty, LPG tank, dan sudah ada lapangan golf, stadion, danau rekreasi, gedung asrama, dan club house.
Inilah yang berusaha dioptimalkan kembali oleh LMAN bersama pemangku kepentingan yang terdiri atas BUMN, Pemda, serta PT Patriot Nusantara Aceh (PATNA) selaku pengembang dan pengelola KEKAK agar kawasan kembali hidup.
Berbagai gagasan muncul seperti membangun refinery, biofuel, hingga menjadikan KEKAL sebagai lokasi fuel storage. Rahayu menyebut ide tersebut feasible karena lokasi strategis KEKAL.
LMAN pun tidak ingin KEK Bontang bernasib sama. Meski saat ini daerah masih dapat bergantung pada gas, tetapi LMAN selaku perwakilan pemerintah di Bontang mulai melakukan persiapan sebelum SDA di sana habis.
"Kalau Bontang masih bagus, kita enggak mau itu turun, jadi dari sekarang dipersiapkan. Decline itu kapan? 30 tahun lagi tapi persiapannya dari sekarang," ujar Rahayu.
Persiapan yang dimaksud adalah meningkatkan kemandirian bisnis masyarakat, meski sekarang masih terlalu bergantung pada gas. Rahayu menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mendorong LMAN melakukannya.
"Sebenarnya Bu Menteri Keuangan sudah pesan, kalau melihat sesuatu itu lihat manfaat ekonominya dan lihat jangka panjang. Clue itu sudah cukup bagi kita untuk kemudian kita berpikir agar mengelola aset jangan hanya berpikir revenue hari ini," tegas Rahayu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ingin KEK Lhokseumawe Makin Makmur, Ini 4 Jurus Lembaga Aset Negara"
Post a Comment