Liputan6.com, Jakarta - Lion Air Group mengeluarkan kebijakan penghapusan kebijakan bagasi gratis mulai 8 Januari 2018 untuk penerbangan Lion Air dan Wings Air. Kebijakan ini juga diikuti oleh maskapai berbiaya hemat (LCC) Citilink Indonesia yang akan memberlakukan ketentuan yang sama pada rute penerbangan domestik.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengatakan bahwa semua masyarakat mengeluh dengan adanya kebijakan ini. Sebab, dinilai tidak memiliki alasan yang kuat untuk kenakan pungutan biaya.
"Semua mengeluh bagasi berbayar. Tak ada hubungannya antara biaya bagasi mahal menjamin keselamatan," ujar Tulus saat ditemui di Bakoel Koffie, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Tulus juga mempertanyakan keputusan Kementerian Perhubungan memperbolehkan pengenaan tarif bagasi. Hal ini dianggap sebagai suatu upaya menaikkan tarif pesawat secara sepihak, apalagi maskapai yang mengenakan tarif adalah maskapai berbiaya hemat.
"Kemenhub menurut saya mengapa memberikan izin terhadap bagasi berbayar, karena bagasi berbayar kalau tidak dikendalikan dia akan jadi kenaikan tiket terselubung dan itu dapat menjadikan melanggar batas atas tiket. Bagasi berbayar adalah bentuk inkonsistensi terhadap LCC," jelasnya.
Dia mencontoh, harga tiket pesawat menggunakan maskapai berbiaya murah dengan penambahan tarif bagasi ke Yogyakarta mencapai Rp 930 ribu satu kursi untuk sekali perjalanan. Jika menggunakan maskapai sekelas Garuda Indonesia menjadi sama, padahal biasanya Garuda Indonesia lebih mahal.
"Lalu apanya yang LCC? Kita protes itu karena bagasi berbayar adalah kenaikan terselubung dan potensi besar melanggar batas atas tarif pesawat. Nah Kemenhub harus sadar itu," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3868905/ylki-bagasi-pesawat-berbayar-bentuk-inkonsistensi-lccBagikan Berita Ini
0 Response to "YLKI: Bagasi Pesawat Berbayar Bentuk Inkonsistensi LCC"
Post a Comment