Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang akhir tahun 2021, saham-saham teknologi dan sektor pendukungnya atau bisa dikenal dengan sebutan new economy yang sempat menjadi primadona di pasar modal Tanah Air menunjukkan performa mengecewakan. Sementara itu saham old economy yang merupakan perusahaan-perusahaan 'jadul' yang sudah well established dan mulai bangkit dari keterpurukan.
Di dua pekan pertama kuartal IV ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat hampir 5%. Penopangnya adalah saham-saham big cap old economy. Tiga saham dengan market cap terbesar di bursa saham domestik yang tergolong saham ekonomi lama, mengalami kenaikan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat naik 11,32%. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 9,74%. Sedangkan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 3,01%.
Kenaikan ketiganya menjadi pendorong penguatan IHSG. Saham BBCA bahkan sempat menyentuh level all time high (ATH) pada perdagangan intraday hari ini di Rp 1.000 triliun.
Pemicunya adalah adanya aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split). Aksi korporasi ini direspons positif oleh pasar. Sementara itu saham BBRI naik pasca kesuksesan right issue jumbo senilai Rp 96 triliun. Pembentukan holding ultra mikro juga menjadi katalis positif.
Keduanya pun terus-terusan mendapat inflow dari dana asing. Terpantau dalam satu minggu terakhir asing net buy BBRI mencapai Rp 1,6 triliun dan net buy di BBCA mencapai Rp 925 miliar.
Sementara itu di tengah penguatan saham old economt, tren bullish saham-saham yang berbau new economy yang sempat melesat pada pertengahan tahun, cenderung berbalik arah. Hal ini tercermin dari tiga saham yang bernuansa teknologi dengan kapitalisasi pasar besar di bursa yang ambles lebih dari 10% di kuartal IV.
Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) ambles 18,74%. Saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) anjlok 11,83%. Sedangkan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melorot 18,24%.
Bahkan harga saham BUKA sudah berada di bawah harga penawaran perdananya. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tren pergerakan saham new economy dan old economy di kuartal terakhir tahun ini.
Foto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Saham |
Adanya perubahan tren dikarenakan ada rotasi sektoral menyambut prospek ekonomi yang lebih cerah seiring dengan membaiknya kondisi pandemic Covid-19.
Di sisi lain, penghujung tahun biasanya ada fenomena ketika para fund manager cenderung berupaya untuk mempercantik kinerja portofolionya melalui window dressing.
Window dressing sendiri merupakan fenomena dimana para fund manager masuk secara besar-besaran di penghujung tahun ke saham-saham top holdingsnya agar harganya naik sehingga portofolio sang fund manager terlihat memiliki kinerja yang apik.
Memang porsi saham old economy yang tergolong besar masih mendominasi portofolio para fund manager sehingga wajar saja jika saham-saham kategori ini yang sebelumnya lagging, kini bangkit karena arus dana masuk secara besar-besaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMTAxNDA4MTA0MC0xNy0yODM3NjUvd2luZG93LWRyZXNzaW5nLXNhaGFtLW9sZC1lY29ub215LWJhbnRhaS1uZXctZWNvbm9tedIBdmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMTAxNDA4MTA0MC0xNy0yODM3NjUvd2luZG93LWRyZXNzaW5nLXNhaGFtLW9sZC1lY29ub215LWJhbnRhaS1uZXctZWNvbm9teS9hbXA?oc=5
2021-10-14 01:20:59Z
52783011424759
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Window Dressing! Saham Old Economy 'Bantai' New Economy - CNBC Indonesia"
Post a Comment