Liputan6.com, Jakarta - CEO Apple Tim Cook membuat eksprimen bagi dirinya sendiri. Eksperimen bertujuan untuk membuat dirinya makin produktif.
Cook mengaku jam kerjanya fleksibel. Dia biasanya bangun sekitar pukul 6:30 pagi, berlanjut dengan berolahraga, dan memulai kerja pukul 8:00 pagi.
Alih-alih banyak kesibukan, seperti melakukan wawancara telepon, banjir email setiap hari, dan kebutuhan untuk merekam, memproduksi, dan mengedit podcast mingguan.
"Saya biasanya bekerja sampai sekitar jam 7 malam, tetapi ada hari-hari ketika saya duduk di depan monitor sampai waktu tidur," kata Cook, dilansir dari Business Insider Australia, Jumat (20/12/2019).
Kemudian, ia berpikir untuk mengubah jadwal bangun tidurnya lebih awal selama lima hari Senin-Jumat, agar memiliki waktu yang banyak dalam memulai aktivitas. Eksperimen yang dilakukan dengan bangun pagi lebih awal pukul 3:45 setiap harinya.
Jadi, apakah jadwal bangun tidur yang konsisten bisa menjadi ramuan ajaib untuk membuka kunci produktivitas dan kesuksesan? Mari simak pengalaman CEO Apple ini.
Minggu, ia memulai tidur lebih awal yakni pukul 8:30 malam. Ia percaya apa yang dikatakan oleh Ben Franklin tentang tidur, bahwa Anda tidak bisa berhasil bangun pagi jika tidur lebih awal.
Senin, ia merasa bersemangat dan optimis setelah bangun dan berolahraga pukul 3:45 pagi. Karena ia tidur lebih awal, maka bisa bangun lebih awal pula untuk melakukan aktivitas olahraga, mandi, dan sarapan.
Berbeda dengan orang lain, ketika orang lain baru memulai sarapan, Cook sudah menyelesaikan setengah pekerjaannya.
Secara psikologis ia merasakan dorongan besar. Biasanya ia selalu menghindari untuk memeriksa email. Namun dengan bangun sangat pagi, hal itu bisa ia lakukan.
"Senin adalah awal yang baik. Meskipun saya tidak ingin bangun dari tempat tidur, energi saya tinggi sepanjang hari, dan saya berhasil menutup sekitar pukul 6 sore, merasa produktif dan percaya diri," kata Cook.
Selasa, pola makannya berubah jadi sering ngemil. Hal itu dikarenakan ia sarapan lebih awal, sehingga ia juga merasakan lapar dengan jarak waktu yang berdekatan.
"Ini mungkin murni psikologis, jika makan siang hanya empat atau lima jam setelah hari kerja dimulai, saya bisa menunggu. Tapi delapan jam menuntut istirahat camilan dalam jumlah yang mengkhawatirkan," jelas CEO Apple.
Rabu, ia merasa lemas karena sedikit waktu tidur. Menurutnya, Rabu bukan hari yang baik untuknya. Ia pun mulai berpikir mengenai jadwal kegiatannya.
"Saya menyebutnya sehari sedikit di awal, tetapi kecemasan tentang tenggat waktu mengirim saya kembali bekerja selama beberapa jam setelah makan malam. Pada akhirnya, saya tidak bisa tidur sampai sekitar jam 10 malam," kata Cook.
Kamis, kurang tidur mempengaruhi kemampuannya untuk bekerja. Ia tetap bangun pukul 3:45 pagi, namun aktivitas olahraganya sudah dilewati secara berturut-turut.
"Seharusnya aku bisa menyisihkan setengah jam dari waktu pagi baruku yang baru ditemukan, tetapi aku dicekam oleh kecemasan kerja yang tidak rasional," ungkap dia.
Kebiasaan bangun pukul 3:45 pagi tetap dilakukan, namun jam tidurnya tidak menjadi lebih awal lagi. Maka, menyebabkan ia kurang tidur, sehingga mempengaruhi kewaspadaan, tingkat energi, dan suasana hati.
Dia pun sakit kepala setelahnya dan tentu saja mempengaruhi kemampuannya untuk berkonsentrasi.
Jumat, ia merasa bersemangat dan kembali melakukan olahraga dan rutinitas kerja seperti biasanya, dengan membagi waktu kerjanya menjadi potongan-potongan pendek.
"Meskipun lagi tidak cukup tidur (saya pergi tidur sekitar jam 10 malam pada hari Kamis), saya bangun penuh energi, mungkin karena secara tidak sadar saya tahu saya akan tidur selama akhir pekan," kata Cook.
Ternyata pola tersebut tidak cocok diterapkan oleh CEO Apple ini, bangun terlalu awal juga tidak baik.
Anda harus konsisten dalam mengatur jam tidur dan bangun, agar tidak mengalami apa yang dirasakan oleh Cook.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Eksperimen CEO Apple Bangun Jam 4 Pagi demi Lebih Produktif"
Post a Comment