Jakarta, CNBC Indonesia - Penjelasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal mekanisme adanya Bank Jangkar (anchor bank) guna membantu likuiditas bank-bank Tanah Air yang terkena dampak pandemi virus corona (Covid-19) ternyata direspons negatif oleh pelaku pasar modal.
Berdasarkan data penutupan perdagangan Senin kemarin (18/5/2020), sebanyak tiga saham bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia ramai dilego investor asing.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dilepas asing Rp 280,69 miliar di seluruh pasar dalam sehari kemarin, sehingga tekanan ini membuat saham BBRI ambles 3,12% di level Rp 2.170/saham. Dalam sepekan perdagangan terakhir, saham BBRI dilepas asing Rp 1,97 triliun dan sebulan terakhir asing net sell Rp 3,18 triliun.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga dilepas asing Rp 71 miliar di semua pasar, membuat sahamnya minus 1,06% di level Rp 3.720/saham. Sepekan terakhir asing melepas saham BMRI Rp 375 miliar dan sebulan terakhir net sell Rp 593 miliar.
Satu lagi yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dijual asing Rp 1,8 miliar, cenderung rendah. Sahamnya terkoreksi tipis 0,30% di level Rp 3.330/saham. Sepekan terakhir asing keluar Rp 38 miliar di semua pasar dan sebulan terakhir net sell Rp 75 miliar di semua pasar. Nilai net sell asing sebulan terakhir rendah karena ada beli bersih (net buy) asing di pasar nego dan tunai Rp 71 miliar).
Hanya saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang menguat kemarin di level Rp 760/saham, naik 2,01%. Asing keluar Rp 659 juta dalam sehari, sepekan asing jual Rp 44 miliar dan sebulan terakhir net sell Rp 85 miliar.
Sebelumnya muncul rencana OJK memperkenalkan mekanisme bantuan likuiditas bernama Bank Jangkar atau dalam aturan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun disebut dengan Bank Peserta. Bank-bank ini akan menjadi penyedia likuiditas bagi bank-bank yang mengalami masalah likuiditas akibat Covid-19.
Mekanisme bantuan likuiditas ini akan didapatkan bank penerima (Bank Pelaksana) dengan menggadaikan kreditnya kepada Bank Jangkar (Bank Peserta).
Hal ini dilakukan jika bank penerima tersebut sudah mentok dari sisi likuiditas dan kondisinya sudah tak memungkinkan lagi melakukan gadai atau repurchase agreement (repo) SBN (surat berharga negara) yang dimilikinya kepada Bank Indonesia (BI).
Menanggapi ini, ekonom senior PT Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, menilai para investor khawatir dengan risiko yang dihadapi bank-Bank Peserta yang akan menjadi Bank Jangkar.
"Kekhawatiran masyarakat dan kekhawatiran investor adalah yang nanti akan menanggung risiko kredit kalau sewaktu-waktu aset yang diagunkan bank kecil tadi ternyata sampai Covid-19 selesai tidak bisa bayar atau underperformed, maka yang menanggung risiko nya adalah Bank Jangkar ini yang tentunya pasti akan kelihatan buruk nantinya di posisi balance sheet [neraca]-nya bank jangkar ini," ujar mantan ekonom Pefindo ini, Sabtu (16/5/2020).
Ahmad menjelaskan, meskipun OJK menyatakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang akan menjamin risiko kredit dari penempatan likuiditas ke Bank Pelaksana oleh Bank Jangkar, hal ini tetap akan meningkatkan risiko kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di dalam Jank Jangkar.
Tak hanya bank-bank BUMN, saham bank-bank papan atas Indonesia non-BUMN juga ambles. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) minus 0,42% di level Rp 23.825/saham dengan net sell asing Rp 289 miliar.
Saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga terkoreksi 1,65% di level Rp 595/saham, saham PT Bank Danamon Indonesa Tbk (BDMN) turun 0,86% di level Rp 2.310/saham dan PT Bank Panin Tbk (PNBN) terkoreksi 1,45% di level Rp 680/saham.
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDUxODIxNDIzMS0xNy0xNTkzOTkvc2FoYW0tYmJyaS1ibXJpLWJibmkta2Vvay1zYWhhbS1vdG9tb3RpZi1rb21wYWstbmdhY2ly0gEA?oc=5
2020-05-19 00:20:40Z
52782189282598
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saham BBRI, BMRI & BBNI Keok, Saham Otomotif Kompak Ngacir - CNBC Indonesia"
Post a Comment