Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini, kinerja pasar keuangan dalam negeri bisa dibilang cukup memuaskan. Namun investor dan trader masih perlu mencermati beberapa sentimen yang bakal menggiring arah pasar minggu depan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami apresiasi 2,34% dan sukses bertahan di level 6.633,34. Pasar saham Tanah Air juga kebanjiran inflow dana asing yang membantu indeks sukses membukukan kinerja primanya.
Data BEI mencatat, asing terpantau melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 5,15 triliun di pasar reguler dalam sepekan. Kenaikan IHSG juga terbantu dengan adanya inflow besar ke saham big cap.
Saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat menguat lebih dari 3%.
Total inflow asing ke saham-saham blue chip tersebut mencapai Rp 3,24 triliun dalam sepekan terakhir.
Adanya aksi borong saham oleh asing secara besar-besaran juga menjadi penopang kinerja nilai tukar rupiah. Di pasar spot rupiah menguat 1% di hadapan dolar AS.
Rupiah ditutup di bawah level Rp 14.100/US$. Pada perdagangan terakhir Jumat (15/10), mata uang Garuda finish di level Rp 14.070/US$ di pasar spot.
Penguatan rupiah juga didukung dengan rilis data neraca dagang September 2021 yang masih mencatatkan surplus besar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang September mencapai US$ 4,37 miliar, jauh di atas perkiraan konsensus yang memperkirakan surplus US$ 3,8 miliar saja.
Kemudian di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) SUN tenor acuan juga cenderung mengalami penurunan yang mengindikasikan adanya kenaikan harga.
Yield SUN untuk tenor 5 tahun (FR0086), 10 tahun (FR0087) dan 15 tahun (FR0088) masing-masing menurun sebesar 11,6 basis poin (bps); 8,1 bps dan 2,4 bps.
Setidaknya pasar keuangan domestik sedang kompak menguat minggu ini. Untuk pekan depan investor perlu mencermati beberapa sentimen yang datang baik dari dalam maupun luar negeri.
Mari ulas satu per satu mulai dari luar negeri terlebih dahulu. Pertama datang dari China soal Evergrande.
Menurut pejabat bank sentral China (PBoC), krisis utang Evergrande sebagai salah satu pengembang properti terbesar Negeri Panda terhadap industri perbankannya masih 'manageable'.
Kepala Pasar Keuangan PBoC, Zou Lan mengatakan bahwa Evergrande perlu untuk meningkatkan penjualan asetnya dan memulai kembali pembangunan proyek. Dalam hal ini pihak berwenang mengatakan akan memberi dukungan finansial.
Belum jelas dukungan finansial seperti apa yang akan diberikan. Namun setidaknya munculnya pernyataan resmi dari pejabat China semacam memberi ketenagan untuk pasar.
Sentimen kedua yang datang dari luar negeri adalah kelanjutan krisis energi global seperti di Eropa, China dan India yang masih belum bisa ditangani.
Di China, harga gas alam yang naik dan krisis pasokan listrik domestik membuat Negeri Panda memutuskan untuk melakukan negosiasi dengan eksportir gas dari AS guna mengamankan pasokan yang terus menipis.
Kemudian di India, stok batu bara yang menipis juga menjadi problematik. BUMN tambang Negeri Bollywood, Coal India memutuskan untuk menghentikan lelang batu bara ke konsumen non-pembangkit listrik. Hal ini tentu akan berdampak negatif bagi industri lain.
Harga gas alam dan batu bara memang anjlok pekan ini. Namun dengan kelanjutan krisis energi yang belum bisa diatasi bisa jadi pemicu tingginya volatilitas harga komoditas energi minggu depan.
Merespons hal tersebut saham-saham emiten gas dan batu bara Tanah Air juga masih perlu dicermati oleh investor maupun trader.
Sentimen ketiga yang berasal dari luar negeri adalah terkait sinyal lampu hijau dari regulator AS untuk melegalkan reksadana yang dapat diperdagangkan di bursa (Exchange Traded Fund/ETF) yang berbasis Bitcoin minggu depan.
Merespons hal tersebut harga koin kripto yang satu ini melesat tembus ke atas US$ 60.000/BTC lagi. Bahkan Bitcoin sempat menyentuh level US$ 62.500/BTC sangat mepet dengan level all time high-nya di US$ 63.000/BTC.
Terakhir sentiment dari dalam negeri datang dari perkembangan pandemi Covid-19. Sudah dua hari beruntun kasus Covid-19 di Tanah Air tercatat di bawah 1.000. Tentu ini menjadi sentimen positif bagi pasar dan perekonomian.
Namun tren apresiasi IHSG, rupiah dan SUN yang cukup signifikan di sepanjang minggu ini, membuka ruang untuk adanya koreksi minggu depan. Maklum untuk kasus IHSG, indeks sudah menguat 4 hari beruntun dan memang perlu ada koreksi yang sehat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMTAxNzEzNDc1OS0xNy0yODQ0OTAvamFuZ2FuLWtlbGV3YXQtcGVrYW4tZGVwYW4tYmFuamlyLXNlbnRpbWVuLXBvc2l0aWYtY2VrLWluadIBfGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMTAxNzEzNDc1OS0xNy0yODQ0OTAvamFuZ2FuLWtlbGV3YXQtcGVrYW4tZGVwYW4tYmFuamlyLXNlbnRpbWVuLXBvc2l0aWYtY2VrLWluaS9hbXA?oc=5
2021-10-17 07:53:59Z
52783014141383
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jangan Kelewat, Pekan Depan Banjir Sentimen Positif, Cek Ini! - CNBC Indonesia"
Post a Comment