Jakarta, CNBC Indonesia - "Kiamat" gas makin dekat menyerang Eropa. BUMN gas Rusia, Gazprom, dikabarkan telah memberi pengumuman ke pelanggan Eropa bahwa perusahaan tak dapat menjamin pasokan gas karena keadaan "force majeure".
Menurut Reuters, hal itu tertuang dalam surat tertanggal 14 Juli dan berlangsung sejak 14 Juni. Frasa itu merujuk pada standar dalam kontrak bisnis dan mendefinisikan keadaan ekstrem yang membebaskan suatu pihak dari kewajiban hukum mereka.
Media Inggris itu menulis, deklarasi force majeure tidak berarti bahwa Gazprom akan menghentikan pengiriman. "Namun, perusahaan tidak bertanggung jawab jika gagal memenuhi persyaratan kontrak," tulis Reuters lagi, Selasa (19/7/2022).
Salah satu yang menerima adalah Uniper. Ini adalah importir gas terbesar di Jerman.
RWE, produsen listrik terbesar Jerman dan importir gas Rusia lainnya, juga mengatakan telah menerima pemberitahuan. Namun perusahaan enggan mengomentari detail.
Laporan ini muncul ketika Nord Stream 1, pipa utama yang mengirimkan gas Rusia ke Jerman dan sekitarnya, menjalani pemeliharaan 10 hari. Rencananya, jika selesai, pipa akan kembali dihidupkan Kamis, meski banyak pihak meragukannya.
"Ini terdengar seperti petunjuk pertama bahwa pasokan gas melalui Nord Stream 1 mungkin tidak akan dilanjutkan setelah pemeliharaan 10 hari berakhir," kata ekonom energi senior di ABN Amro, Hans van Cleef, memberi tanggapan.
"Apakah masalah ini bersifat teknis atau lebih politis, itu bisa berarti langkah selanjutnya dalam eskalasi antara Rusia dan Eropa atau Jerman," tambahnya.
Sebelumnya diketahui Nord Steam memang dipangkas kapasitasnya menjadi 40% sejak tanggal 14 bula lalu. Gazprom menyalahkan keterlambatan pengembalian turbin gas dari pemeliharaan di Kanada oleh pemasok peralatan Siemens Energy.
Turbin tak bisa dikirim langsung ke Rusia karena sanksi Barat. Sehingga berlabuh di Jerman.
"Kanada mengirim turbin untuk pipa ke Jerman dengan pesawat pada 17 Juli setelah pekerjaan perbaikan selesai," kata surat kabar Kommersant melaporkan pada hari Senin.
"Diperlukan lima hingga tujuh hari lagi bagi turbin untuk mencapai Rusia," kata laporan itu, asalkan tidak ada masalah dengan logistik dan bea cukai.
Sementara itu Amerika Serikat (AS) mengatakan Rusia terus menggunakan gas untuk senjata politik dan ekonomi. Paman Sam sendiri tengah berupaya membantu Eropa melawan itu.
"Rusia terus menggunakan gas alam sebagai senjata politik dan ekonomi ... pemerintahan Biden terus bekerja untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil Rusia ... menaikkan harga bagi konsumen dan mengancam keamanan energi global," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre.
Perlu diketahui gas alam negara-negara Uni Europa (UE) mayoritas dari Rusia. Di semester 1 2021 misalnya, Rusia mendominasi hingga 46%, sementara Norwegia 20%, lalu Aljazair 11%, AS 6,3% dan Qatar 4,3%.
Sulitnya gas berimplikasi ke kenaikan harga yang merembet ke inflasi. Berdasarkan data Eurostat yang dirilis 1 Juli, inflasi Juni 2022 secara tahunan di zona euro tercatat sebesar 8,6%.
Ini lebih tinggi dari rekor sebelumnya pada Mei 2022 sebesar 8,1%. Realisasi itu pun melampaui ekspektasi sebesar 8,4%.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Siap-Siap Melejit, Eropa Bakal Larang Impor Batu Bara Rusia!
(sef/sef)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMjA3MTkxMjMzMDAtNC0zNTY3MDkva2lhbWF0LWluaS1tYWtpbi1kZWthdC1zZXJhbmctZXJvcGEtc2lueWFsLWxhZ2ktZGFyaS1ydXNpYdIBAA?oc=5
2022-07-19 05:40:31Z
1499755375
Bagikan Berita Ini
0 Response to ""Kiamat" Ini Makin Dekat Serang Eropa, Sinyal Lagi dari Rusia - CNBC Indonesia"
Post a Comment