Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan hal yang perlu dicermati usai gelaran pemilihan umum (pemilu) adalah kondisi ekonomi global.
"Kalau pertanyaannya adalah setelah pemilu barangkali pertama-tama tentu saja kita tidak mungkin tidak menghitung ekonomi global," kata dia dalam acara DBS Asian Insight Seminar 2019 Indonesia : Looking Ahead Post Election, di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (26/6).
Darmin mengungkapkan, kondisi ekonomi global saat ini masih belum menunjukan arah perbaikan. Kondisi tersebut telah berlangsung sejak awal tahun lalu.
Namun, dia mengatakan saat ini normalisasi kebijakan di Amerika Serikat (AS) sudah mulai mereda sehingga dipastikan tekanan pada tahun ini tidak akan sekuat tahun lalu.
"Kebijakan moneter di AS kelihatan mulai mereda tahun ini sehingga kita bisa saja mengharapkan arah terbalik dari tahun lalu terhadap kebijakan suku bunga moneter," ujarnya.
"Kemudian yang kedua adalah bahwa drunken master masih terjadi, begitu banyak hal dan kejutan," Darmin menambahkan.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Dampak Positif Perang Dagang
Kendati demikian, dia menyatakan saat ini negara-negara di dunia sudah mulai terbiasa dengan pola gejolak tersebut. Sehingga meskipun belum pulih seutuhnya, dampak dari gejolak ekonomi global tidak akan separah tahun lalu. Seperti diketahui, pada 2018 Indonesia mendapat tekanan cukup kuat sehingga nilai tukar semat merosot tajam ke level 16.000 per dolar AS.
"Dunia sudah mulai terbiasa dengan gaya yang terjadi di pentas ekonomi dunia. Sehingga walaupun situasi ekonomi global masih belum pulih, yang artinya pertumbuhan perkiraanya masih terus melambat," ujarnya.
Selanjutnya, trade war atau perang dagang yang masih berlangsung dan terus memanas pun dipandang dapat memberi dampak positif.
"Melihat positifnya saja bahwa situasi perang dagang ini mestinya bisa memberikan hal-hal positif bagi kita walaupun sejauh ini belum terlihat, tetapi apapun ini adalah potensi-potensi hal yang positif," ujarnya.
Selain itu, di tengah situasi ekonomi global dan ketegangan perdagangan, ekonomi Indonesia disebut masih tetap kuat. Terbukti dari angka pertumbuhan ekonomi yang meski tidak tinggi yaitu 5,17 persen namun tetap mengalami kenaikan dari sebelumnya.
"Saya tidak berani mengatakn mencapai kinerja yang baik sekali, tetapi paling tidak pertumbuhannya masih naik. Meningkat sedikit-sedikit, tapi tidak stagnan apalagi turun," tutupnya.
Menko Darmin Tegaskan Ekonomi RI Bertahan di Tengah Tekanan Global
Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menggelar rapat kerja bersama dengan empat menteri koordinator Pemerintahan Jokowi-JK.
Adapun rapat ini membahas mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) Kementerian koordinator (Kemenko) dalam APBN Tahun 2020.
Dari pantauan merdeka.com, rapat dimulai pukul 10.40 WIB dan diikuti oleh empat pimpinan kementerian koordinator diantaranya Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, Menko Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.
Dalam kesempatan ini, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengawali pemaparannya dengan membeberkan kondisi perekonomian secara nasional. Dia mengatakan, meski ekonomi Indonesia tengah diterpa ketidakpastian global tapi masih cukup baik.
"Ekonomi global sebenarnya tidak kondusif apalagi setelah ada perang dagang dan berbagai tekanan gejolak politik global namun di tengah situasi seperti itu ekonomi kita masih mampu mencetak pertumbuhan meski tidak cepat peningkatan terjadi setiap tahun ke tahun," kata dia di ruang Sidang Banggar DPR RI, Jakarta, Selasa (25/6/2019).
Darmin membeberkan, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2015 terus meningkat hingga 2018. Pada 2015, ekonomi RI tumbuh 4,88 persen, selanjutnya pada 2016 tumbuh sebesar 5,03 persen. Kemudian pada 2017 tumbuh menjadi 5,03 persen dan pada 2018 mencapai 5,17 persen.
"Jadi artinya walaupun ada tekanan kita masih bisa cetak pertumbuhan yang sedikit meningkat dari tahun ke tahun," imbuhnya.
Pertumbuhan Ekonomi Bakal Melandai Imbas Perang Dagang
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melandai pada kuartal II 2019, imbas dari eskalasi ketegangan perang dagang global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ketegangan dagang mengakibatkan penurunan kinerja ekspor Indonesia yang dapat memicu melandainya pertumbuhan ekonomi.
"Eskalasi ketegangan hubungan dagang telah berdampak pada penurunan kinerja ekspor Indonesia akibat terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas. Meskipun sejumlah komoditas seperti kimia, besi dan baja, batubara dan minyak nabati masih relatif baik," kata dia, di kantornya, Kamis, 20 Juni 2019.
Sementara itu, dia mengungkapkan investasi non bangunan juga belum meningkat signifikan dipicu dampak perlambatan ekspor, meskipun investasi bangunan tetap berlanjut.
Namun konsumsi diperkirakan tetap membaik didukung terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat.
"Permintaan domestik yang tumbuh terbatas mengakibatkan impor diprakirakan menurun. Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak dampak negatif perlambatan ekonomi dunia akibat ketegangan hubungan dagang," jelas dia.
Secara keseluruhan, dia menyatakan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4 persen.
"Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Usai Pemilu, Menko Darmin Waspadai Gejolak Ekonomi Global"
Post a Comment