Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menduga ada peran broker dibalik anjloknya harga ayam potong di sejumlah daerah di Tanah Air dalam sepekan terakhir ini.
"Untuk menelusuri peran para broker ini kami sudah menerjunkan tim Satgas Pangan. Kami masih menunggu laporan lanjutan. Kalau ada yang berani bermain-main, kami tidak segan-segan untuk menindak tegas dan memberikan sanksi berat," kata Amran dikutip dari Antara, Jumat (28/6/2019).
Amran mengatakan dalam sepekan terakhir ini ada disparitas yang sangat tinggi antara harga ayam potong di kalangan peternak dan di pasaran. Harga ayam di tingkat peternak sekitar Rp 6.000 hingga Rp 10 ribu per kilogram, sedangkan di tingkat konsumen masih sangat tinggi, yakni antara Rp 30 ribu -Rp 40 ribu per kilogram.
Amran menduga ada yang tidak benar dalam mata rantai distribusi, termasuk proses perjalanan yang sangat panjang dan menyebabkan disparitas harga ayam potong.
"Disparitas terjadi di tingkat peternak kecil harganya Rp 8.000, ada juga yang seharga Rp 10 ribu , bahkan ada yang seharga Rp 6.000, tetapi di tingkat konsumen harganya cukup tinggi, berarti ini ada yang tidak benar," katanya.
Untuk menelusuri lebih detail anjloknya harga ayam potong tersebut, Kementan telah menurunkan Tim Satgas Pangan di daerah sentra penghasil ayam potong, yakni di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Lampung.
"Pasti kami nanti terima laporan, menunggu laporan lengkap dari tim. Tim ini turun di sentra-sentra produksi ayam. Seperti halnya para mafia pangan lainnya, seperti bawang ptih, beras, dan bawang bombay. Kami akan menindak tegas para broker yang mempermainkan harga ayam potong ini," ucapnya.
Sejauh ini, kata Amran, sudah ada 400 mafia pangan yang ditetapkan sebagai tersangka dan ada 782 perusahaan yang sedang menjalani proses hukum.
Peternak Ungkap Biang Keladi Harga Ayam Anjlok di Tingkat Peternak
Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) angkat suara terkait anjloknya harga ayam di tingkat peternak. Kelebihan pasokan disebut sebagai biang keladinya.
"Ini karena lebih pasok. Menyebabkan harganya seperti ini," Sekretaris Jenderal Gopan Sugeng Wahyudi, ketika dihubungi Merdeka.com, Rabu (26/6/2019).
Kelebihan pasokan di tingkat peternak, dipicu pasokan bibit atau anak ayam yang juga tinggi. Pasokan yang berlebih menyebabkan produksi berlebih. Ujung-ujungnya membuat peternak menurunkan harga. Sebab jika tidak, maka produksi tidak terserap.
"Dimulai dengan anak ayamnya. Persediaan anak ayam itu 60 juta ekor per minggu. Untuk seluruh Indonesia. 62 persen ada di Jawa. Berawal dari situlah tragedi itu muncul. Karena barang banyak, kebutuhan tetap sehingga murah yang terjadi," ujarnya
Harga ayam yang murah ini kemudian berdampak pada timpangnya perbandingan antara harga jual dengan harga pokok produksi (HPP).
"Jadi memang sekarang harga di tingkat kandang itu jauh di bawah biaya pokok produksi. Sekitar Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per kilogram. Ayam hidup. Sementara biaya pokok produksi kita Rp 18.500 per kilogram. Artinya luar biasa kerugiannya," urai dia.
Selisih yang signifikan antara harga jual dengan HPP, diakui Sugeng telah membuat peternak tekor cukup banyak.
"Itu bisa Rp 8.500 sampai Rp 10.000. Selisih harga jual sama harga harga pokok produksi. Itu per kilogram. Itu lah makanya kalau di Yogyakarta dan Solo itu ada upaya membagi-bagikan ayam itu wujud dari kejengkelan itu," tegas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mentan Tindak Tegas Broker yang Mainkan Harga Ayam"
Post a Comment