Search

Ini Alasan Bursa AS Pulih Lebih Cepat Dibanding Bursa RI - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, selama sebulan terakhir reli dan sudah mulai kembali ke posisi awal 2020. Padahal bursa saham terbesar di dunia ini, sempat anjlok karena wabah virus corona (Covid-19) dan sampai saat ini AS masih menjadi pusat penyebaran terbesar di dunia. 

Selama tahun berjalan, hingga perdagangan pekan lalu, koreksi Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sudah terpangkas dan tinggal 14,7%. Namun indeks Nasdaq sudah pulih dengan kembali ke level awal tahun 2020. Secara tahun berjalan, ia naik 0,32%.

Namun nasib IHSG jauh lebih buru, IHSG masih mengalami penurunan signifikan, sebesar 26,36%. Apa yang salah dengan bursa kita?

Tanda tanya besar pun muncul di sini: mengapa Wall Street pulih tetapi IHSG belum? Untuk menelisik ketimpangan kondisi pasar tersebut, berikut ini beberapa alernatif penjelasannya sebagaimana dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia.

 

1. Kesiapan Aktivitas Ekonomi Kembali Normal
Dengan dilonggarkannya karantina wilayah (lockdown) pada akhir pekan lalu, perekonomian AS pun kembali berangsur normal di sebagian besar negara bagian, sedangkan di Indonesia pelonggaran PSBB masih berupa proposal.

Beberapa negara bagian AS seperti Washington dan Lousiana sudah berhasil menekan jumlah pasien yang positif COVID-19, sedangkan Indonesia Sabtu lalu (9/5/20) justru mencatatkan kenaikan harian jumlah pasien positif Corona yang tertinggi yaitu 588 kasus.

Faktor akan diadakannya pemilihan umum presiden (Pilpres) AS pada tahun 2020 ini juga menjadi pemicu Presiden AS Donald Trump ingin perekonomian AS dibuka kembali secepatnya agar sektor usaha bergeliat dan pengangguran turun.

Trump lebih menitikberatkan pemulihan ekonomi ketimbang sektor kesehatan, karena angka pengangguran 25%--dengan 20,5 juta orang pengangguran baru per April-tentu bukanlah kabar bagus yang bisa disampaikan ketika berkampanye.

Salah satu sumber Gedung Putih yang tidak ingin namanya disebutkan mengatakan kepada Associated Press (AP) bahwa Trump menolak memakai masker dalam konferensi pers, karena tak ingin mengirim pesan yang salah.

Menurut Trump, masker akan mengirim sinyal bahwa dia lebih mementingkan kesehatan daripada pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi secepatnya inilah yang akan menjadi kunci kemenangannya di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020.

 

2. Nilai Stimulus yang Timpang
Tatkala virus nCov-19 menghancurkan perekonomian dunia, negara-negara pun berlomba menyuntikan dana stimulus sebagai penahan rasa sakit (painkiller) agar perekonomian negara mereka tidak langsung tumbang dalam sekejap. Semakin besar jumlah dana yang disuntikan, perekonomian negara tersebut diharapkan semakin cepat pulih.

"Tumbangnya aktivitas ekonomi ini memang jadi sejarah baru, tetapi begitu pula respons kebijakan global dalam memberikan bantalan untuk mengurangi dampak dan mendukung pemulihan ekonomi ketika karantina dilonggarkan,ujar perencana investasi JPMorgan Marko Kolanovic, sebagaimana dikutip CNBC International.

Seperti kita ketahui, total stimulus yang dikucurkan oleh Negara Sam ini nilainya lebih dari US$ 2 triliun. Angka yang sangat fantastis. Di sisi lain, angka yang dikucurkan oleh Pemerintah Indonesia "hanya" sebesar Rp 436 triliun.

Ketia Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo sendiri menyarankan pemerintah menambah jumlah stimulus dari Rp 436 triliun saati ini, menjadi Rp 1.600 trilium atau setara dengan 10% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

3. Sektor Pemenang di Era Pandemi
Pada masa awal menyerangnya pandemi, para pelaku pasar di Wallstreet memang menjual saham di semua sektor karena faktor ketidakpastian mengenai efeknya terhadap perekonomian dan kinerja emiten di masa mendatang.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, terlihat sektor mana yang berhasil menang dan kalah melawan virus ini. Sebagaimana sudah diduga, pariwisata dan perhotelan menjadi sektor yang paling terdampak parah di tengah pandemi.

Namun, sektor lain seperti perusahaan-perusahaan berbasis teknologi seperti Amazon, Netflix, dan Zoom justru menjadi pemenang dalam pandemi ini. Ketika warga AS dikarantina di rumah, mereka menghabiskan waktu berbelanja online di Amazon, menonton konten Netflix, dan menggunakan aplikasi Zoom untuk melakukan telekonferensi.

 

Oleh karena itu, tidak heran indeks saham di Wall Street yang pertama pulih adalah Nasdaq yang sahamnya banyak diisi oleh perusahaan-perusahaan teknologi.

Seperti kita tahu, saham-saham berkapitalisasi pasar besar di IHSG adalah saham-saham perusahaan finansial dan perusahaan konvensional yang bidang usaha utamanya masih konvensional.

Pemulihan saham perusahaan ini lebih lambat dibanding perusahaan teknologi. Sektor finansial di AS sendiri masih belum menunjukan tanda-tanda perbaikan, dengan koreksi sebesar 35,5% selama tahun berjalan.

Hal-hal inilah yang menyebabkan Wall Street pulih terlebih dahulu ketimbang bursa lokal di banyak negara, salah satunya IHSG.

Mengutip investor kawakan Warren Buffet dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Berkshire Hathaway, "Tidak ada yang dapat menghentikan Amerika, keajaiban Amerika akan menang, dan akan terus menang"

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/hps)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDUxMTE3MDAxNy0xNy0xNTc2NzUvaW5pLWFsYXNhbi1idXJzYS1hcy1wdWxpaC1sZWJpaC1jZXBhdC1kaWJhbmRpbmctYnVyc2EtcmnSAQA?oc=5

2020-05-11 11:03:20Z
52782177415999

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ini Alasan Bursa AS Pulih Lebih Cepat Dibanding Bursa RI - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.