Liputan6.com, Bali - PT PLN (Persero) menargetkan proyek jaringan transmisi 500 kV Jawa Bali Connection beroperasi pada 2024. Kabel listrik dengan kapasitas 2.800 MVA ini akan memperkuat pasokan listrik di Bali.
Proyek ini sebenarnya sudah bergulir sejak 2016 lalu dengan nama Jawa Bali Crosing. Namun adanya sejumlah kendala termasuk penolakan dari masyarakat membuat proyek ini terus tertunda.
Bahkan hal ini membuat Asian Development Bank (ADB) dan KFW, bank asal Jerman batal mendanai proyek tersebut pada Maret 2019.
General Manager PLN Distribusi Bali, Nyoman Suwarjoni Astawa menyebut ada dua alasan penolakan masyarakat yaitu lokasi tower yang dekat Pura Segara Rupek sehingga dikhawatirkan merusak kesucian pura.
Alasan kedua yaitu adanya kepercayaan sebagian orang yang menyatakan dulu Jawa dan Bali bersatu, lalu dipisahin sekarang tidak boleh disatukan lagi lewat udara.
"Kalau kabel bawah lautkan itu tidak kelihatan, jadi tidak apa-apa," jelas Astawa dalam diskusi media di Denpasar, Bali, Rabu (26/6/2019).
Namun melihat terus meningkatnya konsumsi listrik di Bali yang belum bisa dipenuhi kapasitas pembangkit yang ada, PLN dan Pemerintah Provinsi Bali sepakat untuk membangun Jawa Bali Connection.
BUMN kelistrikan itu juga telah mengubah desain proyek tersebut dan mendapat restu Gubernur Bali.
Ditargetkan Juli ini izin lokasi dikeluarkan Gubernur. "Direktur sudah menghadap Gubernur dan beliau setuju ini jalan. Proyeknya akan dilelang 2021 ditargetkan 2024 sudah selesai dibangun," harap Astawa.
Bali Terancam Krisis Listrik, Ini Solusi PLN
Bali terancam mengalami krisis listrik mulai 2021. Hal ini akan terjadi jika tidak ada pasokan listrik tambahan untuk Pulau Dewata tersebut.
General Manager PLN Distribusi Bali, Nyoman Suwarjoni Astawa menilai cadangan listrik di Bali pada 2021 sudah tidak ideal karena berada di bawah 30 persen yaitu sekitar 28 persen.
Pada 2021, beban listrik sekitar 1.041 megawatt (MW), sedangkan daya mampu 1.334 MW yang berasal dari pembangkit asal Bali dan pasokan listrik dari Jawa melalui kabel bawah laut.
"Dalam kondisi tersebut, jika ada satu unit pemeliharaan pasti akan ada pemadaman," ungkap Astawa dalam diskusi media di Denpasar, Bali, Rabu (26/6/2019).
Dalam RUPTL 2019-2028, cadangan listrik di Bali akan terus menipis seiring dengan meningkatkan kebutuhan listrik yang tidak disertai penambahan pasokan di Pulau Dewata. Pada 2023, cadangan listrik hanya tinggal 13 persen.
"Bali akan alami masa-masa kritis karena tidak rencana pembangunan pembangkit di Bali," ungkap Astawa.
PLN memang bakal membangun pembangkit listrik tenaga surya di Bali. Saat ini PLTS dengan total kapasitas 50 MW itu sedang dalam proses lelang.
"Tapi PLTS ini tidak menambah kapasitas terpasang. karena kan bisa digunakannya siang," ungkapnya.
Untuk solusi jangka pendek, lanjut Astawa, PLN melalui anak usahanya yaitu Indonesia Power mengubah pembangkit berbahan bakar BBM dengan gas. "Kita bisa memindahkan mobile power plant di Lombok ke Bali atau Marine Vessel Power Plant dari Kupang untuk memperkuat pasokan Bali," jelas dia.
Solusi lainnya yaitu membangun jaringan transmisi 500 kV Jawa Bali Connection. Melalui kabel listrik ini, Bali akan mendapatkan pasokan listrik dari Jawa hingga 1.500 MW.
Menurut dia, pembangunan Jawa Bali Connection ini lebih efisien ketimbang membangun pembangkit baru di Bali. Sebab, untuk membangun pembangkit dengan kapasitas 1.500 MW bisa menelan biaya Rp 60 triliun, sementara biaya bangun Jawa Bali Connection jauh lebih rendah.
"Direktur sudah menghadap Gubernur dan beliau setuju ini jalan. Proyeknya akan dilelang 2021 ditargetkan 2024 sudah selesai dibangun," harap dia.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PLN Targetkan Proyek Jawa Bali Connection Beroperasi 2024"
Post a Comment