Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumumkan, program bahan bakar campuran 30 persen biodiesel dengan solar (B30) bakal diimplementasikan tahun ini.
Untuk selanjutnya, penerapan program tidak akan langsung loncat dari B30 ke B100 lantaran secara investasi terbilang sangat besar, yakni mencapai USD 20 miliar.
Tak hanya biaya besar, Darmin mengatakan, proses pengujiannya pun membutuhkan waktu yang lama. Oleh karenanya, ia menyampaikan, pasca B30 pemerintah dan pihak swasta akan terlebih dahulu melakukan uji coba untuk B65.
"Karena B100 itu investasinya agak besar, jadi itu teknologinya lain. Dan itu begitu invest, 3-4 tahun baru keluar dia hasilnya. Emang kalau invest bisa selesai kayak dibikin pabrik sepatu, tahun depan langsung selesai. Bisa 3-4 tahun," tuturnya di Jakarta, Kamis (29/8/2019).
"Sebelum 3-4 tahun, mungkin selesainya baru sebagian. Sehingga kita mungkin belum meloncat ke B100. B100 itu akan dicapai pada waktu investasi," dia menambahkan.
Butuh USD 20 Miliar
Adapun secara nilai investasi, ia menyebutkan, program B100 membutuhkan dana hingga USD 20 miliar. Biaya tak sedikit itu akan menjadi tanggungan perusahaan swasta yang bergerak di industri kelapa sawit.
"Besar itu. Itu bisa kira2 antara sekitar USD 20 miliar. Tapi itu semua swasta, bukan pemerintah. Itu swasta, yang punya pabrik kelapa besar-besar itu, sehingga mereka yang harus ikut mempertahankan posisi kelapa sawit dong," serunya.
Pertamina Sudah Campur 3,2 Juta Kl Biodiesel ke Solar
PT Pertamina (Persero) mencatat, realisasi penyerapan Biosolar atau fatty acid methyl ester (FAME) yang dicampur ke solar telah mencapai 3,2 juta kiloliter sampai Juli 2019 atau 59 persen dari alokasi FAME pada 2019.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, realisasi penggunaan FAME dalam Biosolar meningkat seiring upaya Pertamina untuk memasok seluruh industri dengan Biosolar sesuai regulasi.
Jika dibandingkan dengan realisasi penyerapan FAME pada 2018 sebesar 3,2 juta kiloliter, maka penyerapan FAME selama periode Januari-Juli 2019 sudah menyamai realisasi selama satu tahun 2018.
"Pertamina selalu siap memasok kebutuhan industri dengan bahan bakar sesuai yang diperlukan," kata Fajriyah, di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Per 1 September 2018, implementasi program pencampuran 20 persen FAME ke dalam Minyak Solar atau Biosolar B20 oleh Pertamina sudah diperluas ke sektor non subsidi, sehingga saat ini penjualan B20 sudah dilakukan baik pada sektor PSO maupun non subsidi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Investasi Capai USD 20 Miliar, Penerapan B100 Masih Jauh"
Post a Comment