Search

Dolar AS Nyungsep! Makin Nggak Berharga Tahun Depan - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sang raja mata uang dunia tersungkur. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam ini, terus menurun hingga menyentuh level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. 

Kejatuhan dolar AS sebenarnya sudah banyak diprediksi oleh para analis beberapa bulan lalu. Ada beberapa faktor utama yang diprediksi membuat the greenback ambrol, dan ternyata memang terjadi. Stimulus moneter dan fiskal di AS, kemenangan Joseph 'Joe' Binden di pemilihan presiden AS, serta vaksin virus corona.

Melansir data Refinitiv, indeks dolar AS turun 0,22% kemarin, setelah merosot 0,61% di hari Selasa. Sementara pada hari ini, indeks dolar AS ini kembali turun 0,19% ke 90,946 pada pukul 15:48 WIB, dan berada di level terendah sejak 27 April 2018.


Kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS melawan petahana Donald Trump membuat kemerosotan dolar AS semakin terakselerasi. Selama bulan November indeks dolar membukukan pelemahan 2,31%.

Jika melihat lebih ke belakang, dolar AS sudah mulai tren menurun sejak pertengahan Maret setelah mencapai level tertinggi sejak Januari 2017 di 102,99.
Pemerintah dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang merespon pandemi penyakit virus corona (Covid-19) dengan menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter membuat dolar AS KO.

Stimulus fiskal yang digelontorkan Presiden Trump senilai US$ 2 trilliun, sangat jumbo, pada perjalanannya nilai stimulus tersebut bertambah hingga nyaris US$ 3 triliun.

Sementara itu, The Fed membabat habis suku bunga hingga 0,25% dan tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023, plus melakukan pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas, artinya seberapa pun diperlukan untuk memulihkan perekonomian akan dilakukan.

Babak baru stimulus di AS kini muncul lagi yang membuat dolar AS tertekan.

Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.

Selain itu, Pelosi dan Pemimpin Partai Minoritas di Senat, Chuck Schumer mendukung paket stimulus fiskal jumbo senilai US$ 908 miliar. Ini siap digolkan oleh kedua partai politik mayoritas di AS untuk menyokong bisnis kecil dan pengangguran di AS

Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020.

Selain itu, The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis 17 Desember dini hari WIB. Ada peluang The Fed akan menambah stimulus moneternya dengan meningkatkan nilai QE.

Stimulus fiskal dan moneter tersebut membuat jumlah uang beredar, secara teori bertambahnya jumlah uang beredar membuat nilai tukar melemah. Dan kenyataanya dolar AS memang terus merosot.

Selain itu, stimulus fiskal dan moneter membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali memburu aset-aset berisiko, dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tak menarik.

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTIwMzE2MTgxMy0xNy0yMDY2NjYvZG9sYXItYXMtbnl1bmdzZXAtbWFraW4tbmdnYWstYmVyaGFyZ2EtdGFodW4tZGVwYW7SAQA?oc=5

2020-12-03 10:27:00Z
52782504825210

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dolar AS Nyungsep! Makin Nggak Berharga Tahun Depan - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.