JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) secara terintegrasi dari hulu hingga hilir diproyeksikan mencapai 13 miliar dolar AS hingga 17 miliar dolar AS (setara Rp 182 triliun hingga Rp 238 triliun).
"Dari berbagai sumber informasi dan benchmark, diketahui nilai investasi EV battery dari hulu hingga hilir terendah sampai tertinggi untuk kapasitas hingga 140 GWh berkisar antara 13,4 miliar dolar AS hingga 17,4 miliar dolar AS," kata Ketua Tim Percepatan Proyek Electric Vehicle Battery Nasional Agus Tjahajana Wirakusumah dilansir dari Antara, Selasa (2/3/2021).
Pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik itu meliputi industri baterai dari hulu sampai hilir termasuk infrastruktur stasiun pengisian daya (charging station) hingga daur ulang baterai.
Agus yang juga Komisaris Utama MIND ID mengungkapkan investasi yang besar itu sejalan dengan risiko teknologi yang tinggi, pasar dalam negeri yang belum besar, serta pasar yang bergantung pada original equipment manufacturer (OEM).
Baca juga: Nasib Kilang Minyak Pertamina di Tengah Gerusan Tren Mobil Listrik
"Teknologi baterai yang dipakai masih tergantung pada pemain global baterai dan OEM sebagai off taker. Sementara Indonesia belum memiliki pengalaman memadai dalam membangun industri baterai listrik," imbuh Agus.
Agus menuturkan Indonesia punya potensi paling besar di antara negara ASEAN untuk bisa membangun ekosistem industri kendaraan listrik.
Selain memiliki cadangan mineral sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik, pasar otomotif Indonesia juga jadi yang terbesar di kawasan seperti mobil listrik.
"Bila industri baterai terbangun ditambah dengan pasar otomotif domestik yang terbesar di kawasan, maka Indonesia mempunyai potensi terbesar di antara negara ASEAN untuk membangun ekosistem industri EV," ujar Agus.
Baca juga: Ambisi BUMN Jadi Pemain Dunia di Industri Baterai Kendaraan Listrik
Pada 2025, Indonesia memiliki ambisi besar untuk bisa mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Indonesia juga berambisi menjadi pemain global material produk hulu baterai atau nikel sulfat, pemain global produk antara (katoda) baterai serta jadi pemain hilir regional dan domestik di baterai kendaraan listrik sehingga bisa jadi pusat manufaktur kendaraan berbasis listrik di Asia Tenggara.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Kementerian BUMN telah menyiapkan konsorsium yang akan membangun industri baterai kendaraan listrik, terdiri atas empat BUMN, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Konsorsium BUMN itu dinamai Indonesia Battery Holding (IBH) dan dibentuk atas penugasan Menteri BUMN pada September 2020.
Baca juga: Luhut: RI Berpotensi Jadi Produsen Baterai Lithium Terbesar Kedua di Dunia
Agus menjelaskan MIND ID sebagai holding industri pertambangan bersama Antam berperan untuk menyediakan bijih nikel sebagai bahan baku baterai hingga diolah menjadi bahan antara berupa prekursor dan katoda.
Pertamina akan berperan untuk memanufaktur produk hilir meliputi pembuatan sel baterai, battery pack, serta energy storage system (ESS).
Sementara PLN, akan berperan untuk pembuatan baterai sel, penyediaan infrastruktur SPKLU, pengisian daya kendaraan listrik dan integrator energy management system (EMS).
Ada pun pembangunan fasilitas daur ulang akan dilaksanakan oleh PT Nasional Hijau Lestari.
Baca juga: RI jadi Negara Pertama di Dunia yang Punya Industri Baterai Mobil Listrik Hulu-Hilir
"Walaupun penjajakan akan dimulai segera, (pembangunan) baru akan mulai masuk di bisnis sekitar 4-5 tahun yang akan datang setelah dirasa cukup populasi kendaraan yang membutuhkan adanya daur ulang baterai," kata Agus.
Lanjut Agus, konsorsium BUMN yang akan mengembangkan proyek baterai kendaraan listrik telah menjajaki kerja sama dengan tujuh investor global.
"Saat ini tengah dilakukan penjajakan calon mitra atau investor. Dari proses penjajakan untuk calon mitra pada gelombang pertama, terdapat tujuh grup perusahaan yang telah memenuhi kriteria diantaranya CATL, LG Chem, Samsung, Tesla, dan BYD," kata Agus.
Agus menjelaskan penjajakan calon mitra dilakukan atas sejumlah kriteria, antara lain memiliki jejak global di dalam industri EV battery dan memiliki rencana untuk melakukan ekspansi bisnis.
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMihAFodHRwczovL21vbmV5LmtvbXBhcy5jb20vcmVhZC8yMDIxLzAyLzAyLzIzNTcwMDQyNi9idW1uLXBhdHVuZ2FuLWJhbmd1bi1wYWJyaWstYmF0ZXJhaS1saXN0cmlrLWludmVzdGFzaW55YS1tZW5jYXBhaS1ycC0yMzg_cGFnZT1hbGzSAX9odHRwczovL2FtcC5rb21wYXMuY29tL21vbmV5L3JlYWQvMjAyMS8wMi8wMi8yMzU3MDA0MjYvYnVtbi1wYXR1bmdhbi1iYW5ndW4tcGFicmlrLWJhdGVyYWktbGlzdHJpay1pbnZlc3Rhc2lueWEtbWVuY2FwYWktcnAtMjM4?oc=5
2021-02-02 16:57:00Z
52782599164074
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BUMN Patungan Bangun Pabrik Baterai Listrik, Investasinya Mencapai Rp 238 Triliun - Kompas.com - Kompas.com"
Post a Comment