Search

Pagi-pagi Bursa Asia Jeblok, IHSG Bakal Mengekor? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,56% pada perdagangan Rabu kemarin, mengikuti pergerakan bursa saham global yang melesat setelah sentimen pelaku pasar membaik.

Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) asing sebanyak Rp 220 miliar di pasar reguler dari nilai transaksi harian sebesar Rp 20,5 triliun

Penurunan volatility index atau yang dikenal dengan indeks ketakutan menjadi indikasi membaiknya sentimen pelaku pasar. Indeks volatilitas tersebut turun tajam hingga 15% pada hari Salasa, dan 10% pada Rabu kemarin.


Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.

Namun pada perdagangan hari ini, Kamis (4/2/2021), indeks saham utama Asia langsung masuk ke zona merah, bahkan cukup dalam. Indeks Nikkei Jepang turun 0,5%, sementara Kospi Korea Selatan ambrol lebih dari 1%.

Kemerosotan bursa saham Asia tersebut tentunya akan membebani pergerakan IHSG hari ini.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan melihat IHSG masih bertahan di atas 6.000 dan rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50).

IHSG sebelumnya mengalami kemerosotan 7 hari beruntun setelah membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun, atau "malapetaka" bagi IHSG.

Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.

IHSG yang kini berada di atas MA 50 memberikan peluang berlanjutnya penguatan IHSG, sekaligus menghentikan "bayang-bayang" tiga gagak hitam.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Tetapi jika kembali ke bawah 6.000, maka risiko berlanjutnya penurunan kembali muncul, dengan target ke kisaran 5.600 dalam beberapa hari ke depan.

Level 5.600 berada di dekat dengan MA 100 serta Fibonnanci Retracement 61,8% yang bisa menjadi support kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun 2020 di 3.911 pada grafik harian.

Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Sebaliknya, stochastic pada grafik 1 jam kini mulai turun dari wilayah jenuh beli.

Seperti disebutkan sebelumnya, dengan berada di atas 6.000 dan MA 50, IHSG berpeluang kembali menguat, selama mampu bertahan di atasnya. Resisten terdekat berada di kisaran 6.160, yang menjadi target penguatan. Jika mampu ditembus, IHSG berpotensi melesat ke 6.200.

Sementara jika kembali ke bawah 6.000, IHSG berisiko merosot lagi ke 5.950 hingga 5.920.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMibWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDIwNDA4MDkwOC0xNy0yMjA5MDgvcGFnaS1wYWdpLWJ1cnNhLWFzaWEtamVibG9rLWloc2ctYmFrYWwtbWVuZ2Vrb3LSAQA?oc=5

2021-02-04 01:23:52Z
52782603173951

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pagi-pagi Bursa Asia Jeblok, IHSG Bakal Mengekor? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.