Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi global masih dihantui ketidakpastian. Hal ini juga yang akan berimbas kepada perekonomian Indonesia. Bahkan, saat ini dunia tengah menghadapi ancaman reflasi.
Ancaman adanya reflasi di dalam perekonomian dunia pertama kali diutarakan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo
Perry bilang, ancaman reflasi yang terjadi pada tingkat global saat ini disebabkan adanya resesi, namun disisi lain juga terjadinya inflasi yang tinggi.
"Ada risiko stagflasi, pertumbuhannya stuck turun namun inflasinya tinggi. Bahkan istilahnya adalah reflasi, risiko resesi dan tinggi inflasi," tutur Perry pada saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, (Senin, 21/22/2022).
Lantas bagaimana dengan ekonomi Indonesia, apakah berpotensi mengalami reflasi?
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, reflasi pada dasarnya adalah kebalikan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat atau bahkan negatif, namun inflasi tinggi. Keadaan reflasi ini lah yang kata David sedang dialami oleh Indonesia saat ini.
"Ya Indonesia lebih ke reflasi. Ekonomi RI tidak stagnan dan inflasi memang sedang naik," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (21/11/2022).
David bilang, di banyak periode Indonesia juga pernah mengalami reflasi, salah satunya terjadi pada 2008. "Indonesia sudah banyak periode mengalami reflasi, seperti di 2008 kita juga reflasi," tuturnya lagi.
Adanya reflasi di Indonesia berdampak terhadap tertahannya daya beli masyarakat. Karena meskipun ekonominya tumbuh, namun inflasinya tinggi dan membuat daya beli tertahan.
Satu-satunya jalan untuk bisa meningkatkan daya beli adalah dengan menahan laju inflasi agar tidak melonjak begitu drastis.
"Inflasi harus agak ditekan, karena pertumbuhan ekonomi sulit dikejar tahun ini dan tahun depan. Sehingga paling tidak jalan keluar bagi Indonesia adalah dengan menjaga inflasi," jelas David.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tiga kuartal berturut-turut mengalami kenaikan.
Pada kuartal I-2022 ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (year on year), kemudian pada kuartal II-2022 ekonomi di dalam negeri tumbuh 5,44% (yoy), dan pada kuartal III-2022 kembali meningkat, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,72% (yoy).
Sementara laju inflasi di Indonesia mengalami fluktuatif selama tiga bulan terakhir sejak Agustus hingga Oktober 2022.
Inflasi pada Agustus 2022 mencapai 4,69% (yoy), kemudian tingkat inflasi melonjak menjadi 5,95% (yoy) pada September 2022. Adapun pada Oktober 2022 inflasi Indonesia lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,71% (yoy).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Ekonomi Melesat 5,44%, Begini Arah Kebijakan BI Selanjutnya!
(cha/cha)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMjExMjExNjM4MjEtNC0zODk5MzEvc2V0YW4tYmVybmFtYS1yZWZsYXNpLWl0dS10ZXJueWF0YS1zdWRhaC1oYW50dWktaW5kb25lc2lh0gEA?oc=5
2022-11-21 10:05:05Z
1664743839
Bagikan Berita Ini
0 Response to "'Setan' Bernama Reflasi Itu Ternyata Sudah Hantui Indonesia! - CNBC Indonesia"
Post a Comment