Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau makin parah pada perdagangan sesi II Kamis (5/1/2023), di mana IHSG sudah terkoreksi lebih dari 2%.
Per pukul 14:37 WIB, IHSG ambruk 2,57% ke posisi 6.638,39. IHSG pada hari ini keluar dari zona psikologis 6.700 dan kini diperdagangkan di level psikologis 6.600.
Beberapa saham menjadi pemberat indeks pada perdagangan sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) besar IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -20,96 | 4.580 | -3,98% |
Bayan Resources | BYAN | -17,38 | 20.075 | -4,97% |
Astra International | ASII | -12,85 | 5.400 | -4,85% |
Bank Central Asia | BBCA | -12,69 | 8.225 | -1,50% |
Telkom Indonesia | TLKM | -11,09 | 3.730 | -2,36% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Dari deretan bottom movers di atas, saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar terbesar kedua yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat (laggard) paling besar IHSG pada sesi II hari ini, yakni hingga mencapai 20,96 indeks poin.
Sedangkan di posisi kedua, terdapat saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang juga memberatkan indeks hingga 17,38 indeks poin.
Terakhir, ada saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang turut memperberat IHSG sebesar 11,09 indeks poin.
Ramalan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) terkait ekonomi global di tahun 2023 membuat gempar banyak orang di global dan dalam negeri.
Meski ngeri, ramalan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, tiga mesin utama ekonomi dunia yakni Amerika Serikat (AS), China, dan Uni Eropa bakal melambat.
"Kami memperkirakan sepertiga ekonomi dunia berada dalam resesi. Bahkan negara yang tidak dalam resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang," ujar Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva dalam wawancara dengan CBS Face the Nation, dikutip Rabu (4/1/2023).
Di China, menurut Georgieva, laju ekonomi China pada 2022 kemungkinan di bawah pertumbuhan ekonomi global untuk pertama kalinya dalam 40 tahun karena lonjakan kasus Covid-19.
"Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, pertumbuhan China pada 2022 kemungkinan berada di bawah atau di bawah pertumbuhan global," kata Georgieva.
Peningkatan kasus Covid-19 setidaknya setahun terakhir membuat Negeri Tirai Bambu tersebut menerapkan sejumlah pembatasan yang membuat aktivitas ekonomi kembali terhambat.
Bahkan, lonjakan baru kasus Covid-19 yang diperkirakan terjadi di China dalam beberapa bulan ke depan kemungkinan akan makin memukul ekonominya tahun ini dan menyeret pertumbuhan regional dan global.
"Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan China akan negatif, dampaknya terhadap kawasan akan negatif, dampak terhadap pertumbuhan global akan negatif," ujar Georgieva.
Dalam perkiraan pada Oktober 2022, IMF mematok pertumbuhan produk Domestik Bruto (PDB) China tahun lalu sebesar 3,2%, atau setara dengan prospek global IMF untuk 2022.
Sementara itu, kata Georgieva, ekonomi AS berdiri terpisah dan dapat menghindari kontraksi langsung yang kemungkinan akan menimpa sepertiga dari ekonomi dunia.
"AS paling tangguh, dapat menghindari resesi. Kami melihat pasar tenaga kerja tetap cukup kuat," katanya.
Namun, fakta itu sendiri menghadirkan risiko karena dapat menghambat kemajuan yang perlu dibuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam membawa inflasi AS kembali ke level yang ditargetkan sebesar 2%.
"Ini adalah ... berkah campuran karena jika pasar tenaga kerja sangat kuat, Fed mungkin harus mempertahankan suku bunga lebih lama untuk menurunkan inflasi," kata Georgieva.
Alhasil, investor cenderung mengalihkan investasinya dari aset berisiko ke aset safe haven, di mana salah satunya yakni pasar obligasi pemerintah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
IHSG Emang Rebound, Tapi Saham Ini Sempat Jadi Pemberat
(chd)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMia2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDEwNTE0NDQyNi0xNy00MDMxMTgvYWxlcnQtaW5pLXBlbnllYmFiLWloc2ctYW5qbG9rLXBhcmFoLW55YXJpcy0z0gFvaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjMwMTA1MTQ0NDI2LTE3LTQwMzExOC9hbGVydC1pbmktcGVueWViYWItaWhzZy1hbmpsb2stcGFyYWgtbnlhcmlzLTMvYW1w?oc=5
2023-01-05 07:50:52Z
1725139681
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Alert! Ini Penyebab IHSG Anjlok Parah Nyaris 3% - CNBC Indonesia"
Post a Comment