Search

Meski Bluechip Longsor, IHSG Kuat karena Banyak 'Mainan' Baru - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan apresiasi 0,51% ke level 6.036,32 pada perdagangan sesi pertama Selasa (6/7/21). Sudah sejak awal bulan Juni IHSG terkonsolidasi di area 5.980 hingga 6.113. Sejak awal Juni IHSG masih mampu menghijau 0,08%

Menariknya, pada periode yang sama, salah satu indeks unggulan bursa lokal yakni indeks LQ45 yang memiliki konstituen saham-saham dengan transaksi likuid dan prospek pertumbuhan yang mumpuni, malah terkoreksi cukup parah. LQ45 ditutup di level 904 pada awal Juni dan saat ini berada di area 846 yang menunjukkan koreksi parah 6,41%.

Meskipun LQ45 terkoreksi parah nyatanya IHSG masih anteng-anteng saja di zona 6.000. Sejatinya bobot saham-saham LQ45 masih mencakup mayoritas kapitalisasi pasar di IHSG. Catat saja bobot kapitalisasi pasar LQ45 mencapai Rp 3.939 triliun sedangkan kapitalisasi pasar IHSG adalah Rp 7.218 triliun sehingga bobot LQ45 di IHSG mencapai 54,5%.


Meskipun demikian seiring dengan bertumbuhnya pasar modal lokal, bobot LQ45 terhadap IHSG sudah semakin berkurang apalagi di tambah saham-saham non LQ45 yang baru-baru ini terus melesat dan masuk ke golongan big cap.

Saham-saham tersebut salah satunya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memiliki kapitalisasi pasar masing-masing Rp 199 triliun dan Rp 140 triliun. Kedua saham sudah melesat 271% dan 14.000% sejak awal tahun.

Sedangkan untuk ranking 20 besar, banyak pendatang baru saham-saham non LQ45 yang memiliki kinerja sangat baik setahun terakhir seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan kapitalisasi pasar Rp 89 triliun dimana BRIS sudah melesat 600% setahun terakhir.

Kombinasikan hal ini dengan saham-saham big cap 'jadul' yang memang sedang malas bergerak akhir-akhir ini karena berbagai sentimen negatif seperti kenaikan kasus Covid-19. Saham-saham big cap senior memang lebih sensitif terhadap isu dan sentimen dibandingkan dengan big cap baru.

Pasalnya saham-saham big cap baru rata-rata masih belum terdistribusi secara merata ke para investor sehingga hanya 1-2 pemain yang memegang mayoritas saham beredar yang menyebabkan pergerakan sahamnya tidak rentan terhadap berita negatif.

Beratnya gerak saham bluechip setelah pemerintah memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa melambat jika penyebaran Covid-19 belum bisa diredam bulan ini, pelaku pasar akan lebih berhati-hati. Maklum saja, kasus Covid-19 kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Pada Senin (5/7/2021), Kementerian Kesehatan mencatat penambahan kasus Covid-19 sebanyak 29.745 dan menyentuh rekor tertinggi. Dengan begitu total kasus Covid-19 di tanah air mencapai 2.313.829 orang.

Dari total kasus tersebut, kasus aktif kini lebih dari 300 ribu orang, tepatnya 309.999 orang, yang juga merupakan rekor terbanyak.

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia mulai terjadi sejak pertengahan Juni lalu, tetapi baik IHSG, rupiah hingga SBN masih mampu bertahan dari tekanan. Tetapi kini, pelaku pasar layak waspada, penambahan kasus nyaris tembus 30.000 per hari, dan belum menunjukkan tanda-tanda melandai.

Sektor riil sudah terlebih dahulu terpukul. Pada pekan lalu IHS Markit melaporkan kabar kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang diukur denganPurchasing Managers' Index(PMI) pada Juni 2021 dilaporkan 53,5.

Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(trp/trp)

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDcwNjEyNTU0My0xNy0yNTg2NjcvbWVza2ktYmx1ZWNoaXAtbG9uZ3Nvci1paHNnLWt1YXQta2FyZW5hLWJhbnlhay1tYWluYW4tYmFyddIBAA?oc=5

2021-07-06 06:55:00Z
52782848385138

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Meski Bluechip Longsor, IHSG Kuat karena Banyak 'Mainan' Baru - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.