Akuisisi itu senilai Rp 33,66 triliun dengan harga pelaksanaan Rp 1.347 per saham atau setara dengan valuasi 1,63 kali nilai buku Bank Permata yang berakhir 31 Maret 2020. Mandiri Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia dan UBS Sekuritas menjadi broker yang memfasilitasi transaksi tersebut.
Lalu bagaimaa sebenarnya kisahnya?
Kabar mengenai rencana akuisisi ini menghangat di kalangan pelaku pasar akhir pekan lalu. Berdasarkan perkiraan, harga pembelian BNLI diproyeksikan akan terjadi pada harga Rp 1.396 per saham, mengacu pada perubahan nilai buku menjadi 1,63 kali berdasarkan Amendement Letter yang diteken Standchart dan Astra pada 20 April dari perjanjian sebelumnya sebesar 1,77 kali nilai buku Permata.
Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich mengatakan akuisisi Permata oleh Bangkok Bank adalah langkah strategis untuk pertumbuhan bisnis Permata dan memperkuat posisi Bangkok Bank di Asia Tenggara. Nantinya, cabang Bank Bangkok di tanah air juga akan digabung dengan Bank Permata.
"Permata akan mengokohkan pijakan Bangkok Bank di dua perekonomian terbesar Asia Tenggara, memperkuat posisi kami sebagai bank ASEAN terkemuka," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (20/5/2020).
Adapun, fokus bisnis yang akan dikembangkan Permata ke depan antara lain mengembangkan bisnis ritel, usaha kecil dan menengah (UKM), serta di segmen korporasi. "Kami juga berharap untuk terus memperluas kemitraan bisnis antara Permata dan Astra," jelasnya.
Setelah akuisisi ini, nantinya Bangkok Bank akan meminta persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk melaksanakan penawaran tender wajib (mandatory tender offer) untuk membeli sisa 10,88% saham Permata milik publik.
Hal ini sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka (tender offer) yang menyebutkan, jika ada perusahaan atau investor yang membeli minimal 25% saham sasaran, maka diwajibkan untuk melakukan penawaran yang sama atau tender offer kepada pemegang saham lain, termasuk saham publik.
Perburuan Korporasi Besar
CNBC Indonesia mencatat, desas-desus penjualan saham Bank Permata sudah mengemuka sejak tahun 2019. Ada beberapa nama korporasi besar yang sempat dikabarkan tertarik dalam bursa pembelian saham Bank Permata.
Mulai dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), satu-satunya bank pelat merah yang berpeluang mengakuisisi Bank Pertama, tapi tak berujung kesepakatan karena ketidakcocokan harga. Nama selanjutnya yang juga sempat dikabarkan tertarik membeli adalah private equity yang dikendalikan Patrick Walujo, Northstar Equity Partners. Namun, tetap saja kandas.
Pertengahan Agustus 2019, muncul Bank Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd (OCBC) Singapura juga dikabarkan akan meminang Bank Permata, nilai akuisisinya kala itu ditaksir mencapai US$ 1,9 miliar, meski pada akhirnya tidak terealisasi.
Tak berhenti di sana, dua nama bank besar asal Singapura dan Jepang, DBS Group dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation juga sempat masuk dalam bursa pembelian saham BNLI. Meski pada akhirnya, akuisisi tetap tidak jua terjadi.
Hingga pada akhirnya, titik terang itu berlabuh di Bangkok Bank mengumumkan rencana akuisisi 89,12% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI), tepatnya pada 12 Desember 2019.
Inilah yang kemudian ditindaklanjuti pemegang saham Bangkok Bank melalui Rapat Umum Pemegang Saham pada awal Maret 2019 untuk memuluskan rencana akuisisi saham Bank Permata.
"Agenda RUPSLB tersebut untuk menyetujui akuisisi seluruh saham PT Bank Permata Tbk," tulis Apichart Ramyarupa, Corporate Secretary Bangkok Bank, pada surat kepada pemegang saham pada 7 Februari 2020.
(sef/sef)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMic2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDUyMTA4MzIxNi0xNy0xNjAwMjAvYmVnaW5pLWtpc2FobnlhLWJhbmdrb2stYmFuay1iaXNhLWNhcGxvay1iYW5rLXBlcm1hdGHSAQA?oc=5
2020-05-21 01:37:53Z
52782193558017
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Begini Kisahnya Bangkok Bank Bisa Caplok Bank Permata - CNBC Indonesia"
Post a Comment