Search

Dampak Ngeri Bila dolar AS Terus Tekuk Rupiah: Harga Barang Naik, Daya Beli Lesu - detikFinance

Jakarta -

Nilai tukar Rupiah beberapa waktu ini digencet habis-habisan oleh dolar Amerika Serikat (AS). Terakhir nilai tukar Dolar AS sudah mendekati level Rp 16.400.

Bila dolar AS terus menguat, masyarakat bakal menanggung dampaknya. Ekonom menilai dampak instan dari naiknya nilai tukar dolar AS adalah kenaikan harga barang-barang di tengah masyarakat, apalagi masih cukup banyak barang yang diimpor dari luar negeri.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyatakan masyarakat sebagai konsumen akan melihat harga-harga barang melonjak. Bahkan, pengusaha sebagai produsen pun bakal ikut pusing karena banyak bahan baku yang masih impor ikut naik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu saja kalau terjadi pelemahan akan membuat barang barang impor lebih mahal artinya ini akan akibatkan ekonomi biaya tinggi bagi konsumen dalam negeri yang membeli barang impor naik. Ini juga akan dirasakan industri yang impor bahan baku dari luar negeri," beber Faisal kepada detikcom, Minggu (16/6/2024).

Faisal membeberkan beberapa sektor yang rentan akan inflasi di tengah lemahnya nilai tukar. Misalnya saja, sektor farmasi yang memproduksi obat-obatan. Ada juga sektor otomotif yang memproduksi kendaraan, kemudian, sektor elektronik yang memproduksi barang-barang macam handphone, laptop, dan sebagainya juga rawan dengan inflasi.

ADVERTISEMENT

"Yang rawan itu yang paling besar ketergantungan impornya, selama ini kan obat-obatan farmasi, industri manufaktur, seperti otomotif dan elektronik juga lumayan banyak bahan baku dan industri penolongnya," jelas Faisal.

Industri tekstil juga kemungkinan akan terdampak, pasalnya masih banyak kapas sebagai bahan baku yang diimpor. Kemudian, industri pangan pun tak ketinggalan, banyak sekali menurut Faisal bahan pangan yang masih diimpor.

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda juga mengatakan demikian, menguatnya kurs dolar AS akan membuat harga barang-barang di Indonesia makin mahal. Secara khusus dia menyoroti harga energi, utamanya bahan bakar minyak (BBM).

Menurutnya, selama Indonesia masih getol impor minyak dari luar negeri. Bila harganya terus melonjak dipengaruhi kurs dolar AS, bisa-bisa subsidi BBM dipangkas dan pada ujungnya harga BBM di tengah masyarakat akan melonjak.

"Imported inflation meningkat, harga BBM biasanya yang akan dikorbankan," beber Nailul Huda ketika dihubungi detikcom.

Bila inflasi tinggi di tengah masyarakat, Nailul Huda mengatakan hal ini akan berdampak menggerus daya beli masyarakat. Bisa-bisa pertumbuhan ekonomi melambat dan kemiskinan merajalela di Indonesia.

"Inflasi dalam negeri akan naik signifikan. Daya beli tertekan, pertumbuhan ekonomi terhambat. Kemiskinan akan semakin meningkat," tutur Nailul Huda.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti mengatakan dampak melemahnya nilai tukar ke APBN bisa membuat pengeluaran pemerintah makin bengkak. Beberapa di antaranya misalnya untuk belanja pemerintah yang kental dengan kebutuhan impor, seperti misalnya belanja energi hingga pertahanan.

Pemerintah juga harus membayar cicilan utang yang selama ini banyak menggunakan nilai mata uang Dolar lebih mahal, belum lagi bila bicara bunganya.

Hal ini membuat ruang fiskal anggaran negara jadi makin mengecil. Pada ujungnya belanja pemerintah untuk memacu sektor ekonomi riil atau pelayanan publik bakal makin tipis.

"(Belanja) APBN jadi lebih bengkak karena asumsi dolar AS dipakai untuk belanja pemerintah yang terkait impor dan cicilan utang serta bunga menjadi lebih tinggi. Artinya, ruang fiskal mengecil dan sektor riil terdampak karena belanja pemerintah berkurang," tutur Esther.

(hal/kil)

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/rss/articles/CBMiggFodHRwczovL2ZpbmFuY2UuZGV0aWsuY29tL2J1cnNhLWRhbi12YWxhcy9kLTczOTM4MDkvZGFtcGFrLW5nZXJpLWJpbGEtZG9sYXItYXMtdGVydXMtdGVrdWstcnVwaWFoLWhhcmdhLWJhcmFuZy1uYWlrLWRheWEtYmVsaS1sZXN10gGGAWh0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYnVyc2EtZGFuLXZhbGFzL2QtNzM5MzgwOS9kYW1wYWstbmdlcmktYmlsYS1kb2xhci1hcy10ZXJ1cy10ZWt1ay1ydXBpYWgtaGFyZ2EtYmFyYW5nLW5haWstZGF5YS1iZWxpLWxlc3UvYW1w?oc=5

2024-06-16 09:30:08Z
CBMiggFodHRwczovL2ZpbmFuY2UuZGV0aWsuY29tL2J1cnNhLWRhbi12YWxhcy9kLTczOTM4MDkvZGFtcGFrLW5nZXJpLWJpbGEtZG9sYXItYXMtdGVydXMtdGVrdWstcnVwaWFoLWhhcmdhLWJhcmFuZy1uYWlrLWRheWEtYmVsaS1sZXN10gGGAWh0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYnVyc2EtZGFuLXZhbGFzL2QtNzM5MzgwOS9kYW1wYWstbmdlcmktYmlsYS1kb2xhci1hcy10ZXJ1cy10ZWt1ay1ydXBpYWgtaGFyZ2EtYmFyYW5nLW5haWstZGF5YS1iZWxpLWxlc3UvYW1w

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dampak Ngeri Bila dolar AS Terus Tekuk Rupiah: Harga Barang Naik, Daya Beli Lesu - detikFinance"

Post a Comment

Powered by Blogger.