Dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap rupiah, dan berada di level Rp 16.400-an hari ini. Bukan hanya terhadap rupiah, dominasi dolar AS juga terjadi terhadap mata uang negara lain.
Sejumlah pengguna media sosial mengaitkan pelemahan rupiah saat ini dengan krisis moneter (krismon) tahun 1998. Namun, Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong berpendapat bahwa situasi saat ini berbeda dengan tahun 1998.
Berdasarkan data ekonomi, Lukman menyebut kondisi Indonesia saat ini jauh lebih baik. Hal ini mengacu pada catatan rasio utang, cadangan devisa, inflasi, hingga PDB.
"Sangat berbeda saat itu kalau kita bandingkan data ekonomi seperti rasio utang, cadangan devisa, inflasi, pertumbuhan PDB, sekarang ini jauh lebih baik," katanya kepada detikcom, Rabu (26/6/2024).
Menurutnya pelemahan rupiah terhadap dolar AS hanya bersifat sementara. Lukman memprediksi rupiah kembali menguat jika The Fed memangkas suku bunga di kuartal III atau IV.
"Rupiah akan berbalik apabila The Fed sudah mulai memangkas suku bunga di Q3 dan Q4 tahu ini," tuturnya.
Dari sisi masyarakat, sejumlah tindakan dapat dilakukan untuk meredakan situasi atas melemahnya rupiah. Misalnya bijaksana dalam membeli produk impor hingga tidak menimbun atau memburu dolar AS.
"Agar tidak memperburuk sentimen dan pelemahan rupiah, masyarakat hendaknya bijaksana dalam pembelian kebutuhan barang yang sensitif/impor, dan jangan ikutan memburu dolar, kalau bisa malah melepas dolar," jelasnya.
Dalam catatan detikcom, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp 2.000 dengan titik terendah nya di Rp 1.977 per dolar AS pada tahun 1991.
Sampai akhirnya terjadi krisis moneter (krismon) dan terjadi pelemahan rupiah yang sangat drastis. Rupiah terus terkikis seiring kian rontoknya cadangan devisa Indonesia.
Dolar AS bertahan di kisaran Rp 2.000-2.500 karena Indonesia belum menganut rezim kurs mengambang. Sistem kurs terkendali yang dianut membuat orde Baru ingin dolar AS harus bertahan di level itu.
Setelah meninggalkan kurs mengambang, dolar AS secara perlahan mulai merangkak ke Rp 4.000 di akhir 1997, dan lanjut ke Rp 6.000 di awal 1998. Setelah sempat mencapai Rp 13.000, dolar AS sedikit menjinak dan kembali menyentuh Rp 8.000 pada April 1998.
Namun pada Mei 1998, Indonesia memasuki periode kelam. Penembakan mahasiswa, kerusuhan massa, dan kejatuhan Orde Baru membuat rupiah kian 'terkapar'. Sampai akhirnya dolar AS menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di Rp 16.650 pada Juni 1998.
(ily/rrd)https://news.google.com/rss/articles/CBMibmh0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYnVyc2EtZGFuLXZhbGFzL2QtNzQwOTUyOS9rdXJzLXJ1cGlhaC1hbmpsb2stZGVrYXRpLWVyYS1rcmlzbW9uLTE5OTgtcmktcGVybHUtd2Fzd2Fz0gFyaHR0cHM6Ly9maW5hbmNlLmRldGlrLmNvbS9idXJzYS1kYW4tdmFsYXMvZC03NDA5NTI5L2t1cnMtcnVwaWFoLWFuamxvay1kZWthdGktZXJhLWtyaXNtb24tMTk5OC1yaS1wZXJsdS13YXN3YXMvYW1w?oc=5
2024-06-26 07:27:35Z
CBMibmh0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYnVyc2EtZGFuLXZhbGFzL2QtNzQwOTUyOS9rdXJzLXJ1cGlhaC1hbmpsb2stZGVrYXRpLWVyYS1rcmlzbW9uLTE5OTgtcmktcGVybHUtd2Fzd2Fz0gFyaHR0cHM6Ly9maW5hbmNlLmRldGlrLmNvbS9idXJzYS1kYW4tdmFsYXMvZC03NDA5NTI5L2t1cnMtcnVwaWFoLWFuamxvay1kZWthdGktZXJhLWtyaXNtb24tMTk5OC1yaS1wZXJsdS13YXN3YXMvYW1w
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kurs Rupiah Anjlok Dekati Era Krismon 1998, RI Perlu Waswas? - detikFinance"
Post a Comment