Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pihak mengkhawatirkan pelemahan rupiah bisa terus berlanjut, bahkan ada yang khawatir jika dolar bisa sampai Rp20.000. Terkait kemungkinan ini, industri multifinance pun tak tinggal diam.
Sebelumnya, Anggota Komisi XI dari Fraksi PDIP Eriko Sotarduga dalam rapat kerja dengan Bank Indonesia (BI) pada, Senin (24/6/2024), mengaku heran dengan tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini. Menurut dia, tekanan terhadap rupiah belakangan ini tidak bisa dianggap biasa-biasa saja.
"Ke depan evaluasi harus lebih sering, kalau jaman Covid-19 kita rapat dengan BI seminggu sekali, mungkin ke depan bisa sebulan sekali, ini tidak bisa dianggap biasa-biasa saja," kata Eriko.
"Gimana kalau sampai Rp 17.000, sampai Rp 18.000, atau Rp 20.000, itu skenario ada yang harus dilakukan, Bu Destry dan kawan-kawan sangat berpengalaman, apa langkah yang akan dilakukan dalam situasi pemerintahan yang akan berakhir dan pada transisi pemerintahan," tambahnya.
Direktur Utama Adira Finance (ADMF), Dewa Made Susila mengatakan, dampak suku bunga tinggi yang diikuti dengan pelemahan nilai tukar Rupiah disebut akan meningkatkan biaya dana jika sumber pendanaannya berasal dari pinjaman luar negeri.
Diketahui, pinjaman Offshore di Adira Finance berkontribusi 10% dari total pinjaman yang mencapai Rp 19 T per mei 2024.
"Ditambah lagi, Adira Finance tiap lakukan pinjaman itu selalu lakukan hedging. Sementara biaya hedging terakhir cukup meningkat. Sehingga dampaknya untuk biaya offshore biaya dananya meningkat," kata Dewa kepada CNBC Indonesia TV, dikutip Kamis, (27/6/2024).
Sejak berhentinya pandemi Covid-19, Adira Finance telah menerbitkan US$ 300 juta pinjaman offshore. Pinjaman ini baru didapat awal Februari 2024. Dari jumlah itu, US$ 200 juta sudah ditarik dan diconvert ke pinjaman setara Rp 3 triliun.
"Untuk memitigasi dampak pelemahan kami sudah lakukan hedging sempurna sehingga pinjaman yang awalnya dolar menjadi risiko rupiah dan bunganya tetap," tuturnya.
Sejalan, Wakil Direktur Utama PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) sekaligus Komisaris PT Indomobil Finance Indonesia Gunawan Effendi mengatakan, pihaknya juga melakukan hedging atas pinjaman berdenomimasi mata uang asing, terutama USD.
"Sehingga risikonya terkendali karena pembayaran kembali pinjaman tersebut akan menggunakan tingkat bunga dan kurs valas yang telah disepakati sejak kontrak lindung nilai terjadi," kata Gunawan saat dihubungi.
Sebelumnya diberitakan, rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS selama sepekan terakhir. Rupiah bahkan sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 16.470/US$. Selain faktor global, pelemahan rupiah belakangan ini diduga terjadi akibat isu pemerintahan Prabowo Subianto akan menaikkan rasio utang RI hingga 50% dari Produk Domestik Bruto.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah baru berhasil menguat pada perdagangan hari ini, Senin, (24/6/2024) setelah Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan anggota tim gugus tugas sinkronisasi Prabowo-Gibran, Thomas Djiwandono menggelar konferensi pers. Dalam konferensi pers itu, mereka memastikan bahwa pemerintah yang akan datang akan menjaga disiplin dalam pengelolaan fiskal Indonesia.
https://news.google.com/rss/articles/CBMif2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDI0MDYyNzExNTUxMC0xNy01NDk3OTIvZHByLXdhcm5pbmctZG9sYXItdGVtYnVzLXJwMjAwMDAtbXVsdGlmaW5hbmNlLXN1ZGFoLWFuY2FuZy1hbmNhbmfSAYMBaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjQwNjI3MTE1NTEwLTE3LTU0OTc5Mi9kcHItd2FybmluZy1kb2xhci10ZW1idXMtcnAyMDAwMC1tdWx0aWZpbmFuY2Utc3VkYWgtYW5jYW5nLWFuY2FuZy9hbXA?oc=5
2024-06-27 06:15:23Z
CBMif2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDI0MDYyNzExNTUxMC0xNy01NDk3OTIvZHByLXdhcm5pbmctZG9sYXItdGVtYnVzLXJwMjAwMDAtbXVsdGlmaW5hbmNlLXN1ZGFoLWFuY2FuZy1hbmNhbmfSAYMBaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjQwNjI3MTE1NTEwLTE3LTU0OTc5Mi9kcHItd2FybmluZy1kb2xhci10ZW1idXMtcnAyMDAwMC1tdWx0aWZpbmFuY2Utc3VkYWgtYW5jYW5nLWFuY2FuZy9hbXA
Bagikan Berita Ini
0 Response to "DPR Warning Dolar Tembus Rp20.000, Multifinance Sudah Ancang-Ancang - CNBC Indonesia"
Post a Comment