Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu pemimpin pasar rokok di Tanah Air yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) milik Keluarga Wonowidjojo tengah berduka. Tan Siok Tjien, istri dari almarhum Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, meninggal dunia.
Tan Siok Tjien meninggal dunia pada Minggu, 25 Oktober 2020, pukul 05.50 WIB, di Kediri, Jawa Timur, dalam usia 91 tahun.
Jenazah telah dimakamkan di makam keluarga, kompleks pabrik Gudang Garam, pada Selasa kemarin 27 Oktober 2020, pukul 11.00 WIB.
"Sepanjang hidup, almarhumah telah memberikan teladan terbaik tentang nilai-nilai perusahaan yang terus dilestarikan hingga kini. Sebagaimana yang telah dicontohkan pula oleh pendiri perusahaan yakni Surya Wonowidjojo," tulis pihak Keluarga Wonowidjojo, dalam pernyataan kepada CNBC Indonesia, Rabu (28/10/2020).
Bagaimana sebetulnya sepak terjang keluarga Wonowidjojo dan mendiang Tan Siok Tjien?
Situs resmi Gudang Garam menceritakan, perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak 1958 di Kota Kediri, Jawa Timur.
Hingga kini, Gudang Garam terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi.
Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM).
Pendirian perusahaan berawal pada 1958, yang bermula dari sebuah industri rumahan. Produk kretek yang diproduksi pertama kali adalah SKL dan SKT.
"Apa yang dicapai Gudang Garam saat ini tentunya tidak terlepas dari peran penting sang pendiri, Surya Wonowidjojo. Beliau adalah seorang wirausahawan sejati yang dimatangkan oleh pengalaman dan naluri bisnis," tulis manajemen GGRM, dalam situs resminya.
"Surya Wonowidjojo meninggal dunia pada 28 Agustus 1985 dengan meninggalkan kesan mendalam bukan hanya di mata karyawan, melainkan juga di hati masyarakat Kediri dan sekitarnya," tulis manajemen GGRM.
Salah satu motor bisnis Gudang Garam ialah PT Surya Madistrindo (SM) yang didirikan pada 2002. Fokus bisnisnya adalah menjalankan distribusi produk-produk sigaret Gudang Garam bersama dengan tiga perusahaan distribusi lainnya.
Di tahun 2009, SM ditunjuk sebagai distributor tunggal yang memegang kendali strategi distribusi dan field marketing untuk seluruh wilayah Indonesia.
Kini SM didukung oleh sumber daya manusia mencapai lebih dari 14.000 orang yang tersebar pada 12 kantor perwakilan regional dan lebih dari 180 kantor perwakilan area di Indonesia.
Dari sisi kinerja, per September 2020, GGRM mencatatkan laba bersih pada 9 bulan pertama tahun ini sebesar Rp 5,65 triliun, turun 22% dari periode yang sama tahun lalu Rp 7,24 triliun di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan data laporan keuangan per kuartal III-2020., koreksi laba bersih itu terjadi justru ketika pendapatan perusahaan naik menjadi Rp 83,38 triliun, naik 2,03% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 81,72 triliun.
Total aset per September mencapai Rp 76,93 triliun, turun dari Desember 2019 yakni sebesar Rp 78,65 triliun dengan kas dan setara kas Rp 5,56 triliun, naik dari Desember 2019 yakni Rp 3,57 triliun.
Pemegang saham terakhir dari GGRM yakni PT Suryaduta Invetama.
Tahun lalu, Gudang Garam membukukan laba bersih Rp 10,80 triliun atau tumbuh 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yakni Rp 7,79 triliun.
Kenaikan laba bersih itu seiring dengan pendapatan perusahaan yang juga naik 15,47% menjadi Rp 110,52 triliun dari sebelumnya Rp 95,71 triliun.
Kekayaan
Forbes mencatat, keluarga Wonowidjojo berada di urutan ke-4 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih di 2019 mencapai US$ 6,6 miliar atau setara dengan Rp 97 triliun (kurs Rp 14.700/US$).
"Susilo Wonowidjojo dan keluarganya mendapatkan kekayaan dari Gudang Garam, produsen rokok kretek yang diperdagangkan secara publik, yang memproduksi 85 miliar batang rokok setahun," tulis Forbes.
"Ayahnya Surya Wonowidjojo, yang mulai bekerja di bisnis tembakau pamannya, mendirikan Gudang Garam pada 1958. Kakaknya, Rachman Halim, mengambilalih seperempat abad kemudian, dan menjalankannya hingga meninggal pada 2008. Susilo telah menjadi direktur utama perusahaan sejak 2009, adiknya Juni Setiawati menjadi komisaris utama," tulis Forbes lagi.
Adapun berdasarkan data Bloomberg Billionaire Index, kekayaan Tan Siok Tjien berada di urutan ke-3 terkaya di Indonesia dan 364 di dunia dengan kekayaan bersih US$ 6,01 miliar atau Rp 88 triliun.
Kekayaannya hanya lebih rendah dari nomor 1 dan 2 di Indonesia yakni kakak beradik dari Grup Djarum yakni Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono.
Budi Hartono di urutan 1 di Indonesia dan 127 di dunia dengan kekayaan bersih US$ 13,6 miliar, Michael Hartono urutan 2 Indonesia dan 147 di dunia, dengan kekayaan US$ 12,7 miliar.
Adapun nomor 4 di Indonesia yakni Sri Prakash Lohia dari Indorama Group dengan nilai kekayaan US$ 5,96 miliar, di urutan 369 di dunia.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTAyODE2NDgwMC0xNy0xOTc3OTkvaXN0cmktcGVuZGlyaS1ndWRhbmctZ2FyYW0tYmVycHVsYW5nLWluaS10b3RhbC1rZWtheWFhbm55YdIBAA?oc=5
2020-10-28 11:40:01Z
52782450845678
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Istri Pendiri Gudang Garam Berpulang, Ini Total Kekayaannya - CNBC Indonesia"
Post a Comment