Jakarta, CNBC Indonesia - Pemegang saham publik di PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) akan terdilusi menjadi tinggal 4,4% dalam proses merger bank syariah BUMN. Dua bank syariah pelat merah yang akan bergabung dengan BRIS yakni PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.
Adapun PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan menjadi pemegang saham dominan BRIS dengan kepemilikan hingga 51% dalam skema penggabungan atau merger tiga bank syariah BUMN ini
BRIS akan menjadi bank yang menerima hasil penggabungan (surviving entity).
Berdasarkan keterangan resmi pemerintah, komposisi pemegang saham pada lainnya di BRIS adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI-Saham Syariah 2% dan investor publik 4,4%.
Sebagai perbandingan, data laporan keuangan per Juni 2020 mencatat saham BRIS dipegang publik sebesar 18,34%, sementara BRI 73%, dan 8,6% dipegang DPLK Bank Rakyat Indonesia-Syariah.
Ketua Project Management Office Integrasi (PMO) dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN sekaligus Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan total aset bank hasil penggabungan ini nantinya akan mencapai Rp 215,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun.
Dengan demikian bank hasil penggabungan akan masuk ke dalam TOP 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Bank hasil penggabungan akan tetap menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code (kode saham) BRIS.
"Integrasi ini lebih dari sekadar corporate action," kata Hery dalam siaran persnya, Rabu (21/10/2200).
"Mengawal dan membesarkan bank syariah terbesar di negeri ini sesungguhnya adalah amanah yang besar. Saya, mewakili PMO, diamanahkan oleh Pemerintah melalui Kementerian BUMN untuk terus mengawal tidak hanya sampai legal merger, tapi juga memastikan hadirnya bank syariah nasional terbesar ini benar-benar dapat memberikan manfaat bagi orang banyak dan membawa nama Indonesia ke kancah global sebagai pusat ekonomi syariah dunia," tegasnya.
BRIS nantinya akan memiliki modal dan aset yang kuat dari segi finansial, sumber daya manusia, sistem teknologi informasi, maupun produk dan layanan keuangan untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan prinsip syariah.
Bahkan, dalam konferensi pers virtual soal merger Selasa lalu (13/10/20), Hery menjelaskan proyeksi total aset gabungan ketiga bank syariah tersebut akan mencapai angka Rp 390 triliun atau 55,16% dari total aset seluruh perbankan syariah dan UUS (unit usaha syariah).
Jika dilihat dari aset, BRIS menjadi yang paling kecil di ketiga bank. Per Juni 2020, aset BRIS hanya Rp 49,5 triliun. Bandingkan dengan Bank BNI Syariah dengan aset Rp 50,7 triliun dan BSM menjadi pemilik aset paling besar yaitu mencapai Rp 114,4 triliun.
Hery menegaskan, ke depan bank ini diharapkan akan meningkatkan penetrasi aset syariah serta meningkatkan daya saing untuk mencapai visi menjadi salah satu dari 10 bank syariah terbesar berdasarkan kapitalisasi kasar secara global dalam waktu 5 tahun ke depan.
Direktur Utama BRISyariah, Ngatari menyebutkan fase penggabungan ini masih akan panjang untuk dilalui perusahaan sesuai dengan regulasi. Dia menyebut penggabungan ini akan mengedepankan karyawan, nasabah, mitra usaha, dan manfaat sebesar- besarnya untuk masyarakat.
Sejalan dengan itu, Direktur Utama Bank BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, menambahkan strategi dan rencana bisnis dari Bank Hasil Penggabungan sebagaimana tercantum dalam Rencana Merger sejalan dengan upaya Pemerintah dalam mewujudkan ekosistem halal dan mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia.
Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM) Toni E.B. Subari menjelaskan merger ini menggabungkan kekuatan dari tiga bank Syariah milik BUMN sehingga bank ini nantinya akan memiliki 1.200 cabang dan 1.700 jaringan ATM, serta didukung oleh 20.000 orang karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bank ini nantinya juga akan memberikan layanan finansial berbasis syariah, layanan sosial bahkan spiritual bagi lebih banyak nasabah.
Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai isu dilusi saham publik tidak menjadi persoalan signifikan, lantaran bank ini akan menjadi bank besar.
"Isunya bukan itu 'dilusi]. Terdilusi pun nilai banknya sudah jauh lebih besar," tegasnya kepada CNBC Indonesia.
"Targetnya mereka akan memiliki aset Rp 390 triliun di 2025. Pemerintah berencana ingin mendorong bank ini jadi bank BUKU 4. Aset BRIS kira-kira sebanding denga BNIS sekitar Rp 52 triliun masing-masing. Sedangkan Mandiri Syariah kira-kira 2 kali lipatnya. Jadi total aset gabungan sekitar Rp 214 triliun dengan modal sekitar Rp 21 triliun," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTAyMTA4MDMwNi0xNy0xOTU4OTUvbWVnYS1tZXJnZXItYmFuay1zeWFyaWFoLWJ1bW4tc2FoYW0tcHVibGlrLXRpbmdnYWwtNC1nZW5nc9IBAA?oc=5
2020-10-21 01:15:41Z
52782438559572
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mega Merger Bank Syariah BUMN, Saham Publik Tinggal 4% Gengs! - CNBC Indonesia"
Post a Comment