Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan nyaris 1% ke 5.103,414 sepanjang pekan lalu. IHSG juga sukses membukukan penguatan 2 pekan beruntun, dengan persentase total 3,6%.
Penguatan IHSG bisa lebih tajam lagi, seandainya tidak mengalami koreksi dalam 2 perdagangan terakhir.
Berbagai sentimen positif datang dari dalam negeri pada pekan lalu, mulai dari pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, mega merger 3 bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga Bank Indonesia (BI) yang memprediksi transaksi berjalan (current account) yang akan mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam nyaris 1 dekade.
Selain itu ada juga kabar dua produsen baterai electric vehicle (EV) terbesar dunia saat ini tengah berminat untuk bergabung dalam rencana hilirisasi nikel Indonesia melalui pembangunan pabrik baterai EV.
Proyek pabrik baterai kendaraan listrik ini diperkirakan akan bernilai sebesar US$ 20 miliar.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dua perusahaan tersebut adalah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Serangkaian kabar baik tersebut membuat IHSG membukukan penguatan selama 8 hari beruntun hingga Rabu (14/10/2020), reli terpanjang dalam 1 tahun terakhir. Selama periode tersebut, IHSG tercatat melesat 5.06%.
Kenaikan tajam tersebut membuat IHSG diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat IHSG melemah dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Sementara pada hari ini, Senin (19/10/2020), IHSG berpeluang kembali melesat naik sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus, terlihat dari bursa saham berjangka (futures) Amerika Serikat (AS) yang menguat pagi ini, serta beberapa bursa Asia yang sudah dibuka.
Selain itu pelaku pasar juga menanti rilis data pertumbuhan ekonomi China, yang kemungkinan menunjukkan pemulihan V-shape setelah merosot di kuartal I-2020 lalu. Berdasarkan data dari Refinitiv, ekonomi China diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (YoY) di kuartal III-2020, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3,2% YoY.
Melesatnya pertumbuhan ekonomi China tersebut dapat memberikan gambaran perekonomian bisa segera bangkit setelah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan, yang tentunya menjadi sentimen positif di pasar.
Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh beli (overbought) kemarin menjadi pemicu koreksi IHSG.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik harian kini masih berada di wilayah overbought, sehingga masih ada risiko berlanjutnya koreksi.
IHSG kini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang ditunjukkan dengan garis hijau. MA 50 berada di kisaran 5.115 hingga 5.120 selama tertahan di bawahnya, IHSG berisiko melemah menuju 5.065.
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv |
Sementara jika berhasil kembali ke atas 5.120, IHSG berpeluang menguat kembali menuju kisaran 5.163 yang menjadi resisten kuat sebab merupakan Fibonnaci Retracement 50%.
Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTAxOTA4MDUwNi0xNy0xOTUyNjUvc3VkYWgtbWVuZ3VhdC0zNi1paHNnLWJha2FsLW1lbGVzYXQtbGFnaS1kaWJhbnR1LWNoaW5h0gEA?oc=5
2020-10-19 01:26:24Z
52782435250146
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sudah Menguat 3,6%, IHSG Bakal Melesat Lagi Dibantu China - CNBC Indonesia"
Post a Comment