Search

Tapering? Siapa Takut! - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus pada kuartal III-2021. Bukan sembarang surplus, tetapi menjadi rekor baru.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, NPI membukukan surplus US$ 10,69 miliar pada kuartal III-2021. Ini adalah rekor tertinggi sejak kuartal II-2011 atau lebih dari 10 tahun lalu.


"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (19/11/2021).

Ya, biasanya transaksi berjalan atau current account memang mengalami defisit. Indonesia pun terlanjur akrab dengan istilah Current Account Deficit (CAD).

Namun pada kuartal III-2021, tidak ada lagi CAD (setidaknya untuk saat ini). Transaksi berjalan pada kuartal III-2021 mencatat surplus US$ 4,5 miliar atau 1,49% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 2 miliar (0,68% PDB) dan menjadi yang tertinggi sejak kuartal IV-2009.

"Kinerja transaksi berjalan terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor non-migas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional. Selain itu, defisit neraca jasa tercatat lebih rendah, antara lain disebabkan oleh perbaikan kinerja jasa transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi langsung yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi berbasis Sumber Daya Alam (SDA)," lanjut laporan BI.

Harga komoditas memang sangat mendongrak kinerja ekspor Indonesia. Ambil contoh dua komoditas utama andalan ekspor Tanah Air, batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Sepanjang kuartal III-2021, harga CPO meroket 65,08% secara point-to-point. Pada periode yang sama, harga CPO melesat 23,85%.

Dari 'kamar' sebelah, yaitu transaksi modal dan finansial, juga membukukan surplus yang semakin tinggi. Pada kuartal III-2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar US$ 6,1 miliar (2% PDB), lebih tinggi dari capaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 1,6 miliar (0,6% PDB).

"Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang tetap terjaga sebesar US$ 3,3 miliar. Investasi lainnya juga mengalami surplus, setelah mengalami defisit pada triwulan sebelumnya, yang dipengaruhi oleh penurunan pembayaran neto pinjaman luar negeri, peningkatan penempatan simpanan non-residen (asing) di dalam negeri, serta tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR). Selain itu, investasi portofolio selama triwulan III 2021 juga mencatat net inflows yaitu sebesar US$ 1,1 miliar, meskipun menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 4 miliar sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung," papar keterangan BI.

Halaman Selanjutnya --> Yakinlah, Rupiah Tidak Akan Lemah!

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiUmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMTExOTExMTUyMy0xNy0yOTI4MDQvdGFwZXJpbmctc2lhcGEtdGFrdXTSAQA?oc=5

2021-11-19 04:35:11Z
1180183785

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tapering? Siapa Takut! - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.