Jakarta, CNBC Indonesia - Swasembada pangan terutama di komoditas beras nampaknya masih akan sulit. Pasalnya, produksi semakin turun bahkan hampir seluruh wilayah sentra produksi, sementara impor malah mencetak rekor tertinggi pada 2023.
Padahal, Indonesia pernah mencapai swasembada beras di zaman Orde Baru Soeharto. Capaian ini bahkan menginspirasi banyak negara, salah satunya India yang kini jadi pemasok beras dunia.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, banyak dikembangkan institusi-institusi yang mendukung pertanian, mulai dari koperasi yang melayani kebutuhan pokok petani dalam usaha agribisnisnya, Bulog yang menampung hasil dari petani, institusi penelitian seperti BPTP yang berkembang untuk menghasilkan inovasi untuk pengembangan pertanian.
Hasilnya, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraria pengimpor beras terbesar pada 1966, mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri melalui swasembada beras pada 1984. Pada 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras, sementara pada 1984, bisa mencapai 25,8 juta ton beras.
Bahkan, kesuksesan Swasembada itu membuat Soeharto diundang berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO (Food and Agriculture Organization) alias Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia), di Roma, Italia, 14 November 1985.
Lalu bagaimana dengan saat ini?
Produksi Beras - Lahan Panen Turun Terus
Berdasarkan data yang diumumkan pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2024 menunjukkan angka sementara untuk produksi beras untuk periode 2023 terpantau turun nyaris di seluruh wilayah sentral produksi.
Penurunan terdalam terjadi di pulau Sulawesi sebesar 270 ribu ton yang setara -6,28% yoy menjadi 4 juta ton, kemudian diikuti pulau Jawa yang turun 380 ribu ton, setara -2,18% yoy menuju posisi 17,28 juta ton dan Sumatera turun 0,19% yoy menjadi 6,47%. Sebagai catatan, tiga pulau besar tersebut merupakan basis produksi terbesar RI, Jawa menyumbang paling besar dengan porsi 55,95%, diikuti Sumatera sebesar 20,95% dan Sulawesi sebesar 12,94%.
Foto: BPS
Produksi Beras Berdasarkan di Pulau Besar Indonesia |
Secara historis dalam lima tahun terakhir, produksi beras untuk konsumsi juga ternyata selalu turun. Berdasarkan data BPS, angka sementara produksi beras untuk 2023 berada di 30,9 juta ton, nilai ini turun 2,05% atau setara 645,09 ribu ton dibandingkan produksi beras tahun sebelumnya sebesar 31,54 juta ton.
Penurunan produksi beras ini juga sejalan dengan luas panen padi yang turun terus dalam kurung waktu lima tahun terakhir (2018 - 2023). Ini menunjukkan hasil panen padi yang kemudian diolah menjadi beras semakin menyusut.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti memperingatkan akan adanya potensi defisit beras yang semakin melebar berdasarkan selisih antara perkiraan produksi dan konsumsi setiap bulannya.
Impor Beras Lagi Sulit, RI Malah Cetak Rekor
Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip mengatakan Indonesia memang perlu mewaspadai potensi defisit produksi beras. "Soal defisit beras, kita perlu waspada ya karena El Nino masih terjadi," ungkap Sunarsip.
Kondisi iklim akibat El Nino yang jadi tidak menentu masih bisa mempengaruhi produksi beras, imbasnya jika nilainya semakin turun maka pasokan untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri juga akan berkurang. Alhasil, untuk memenuhi pemerintah mengharuskan impor beras.
Selain itu, Sunarsip juga mengungkapkan bahwa impor beras sebenarnya juga tidak mudah saat ini. Hal tersebut dikarenakan negara-negara produsen beras dunia seperti India juga membatasi ekspor beras mereka.
"Alasan mereka adalah untuk menjaga keamanan pangan di dalam negeri mereka," tegas Sunarsip.
Untuk itu, Sunarsip menilai jika pemerintah ingin menutup defisit beras tersebut dengan impor maka sudah menjadi langkah yang positif terutama untuk menjaga pasokan beras di dalam negeri serta menurunkan inflasi pangan.
Namun, kondisi saat ini impor RI hingga akhir 2023 malah mencatatkan rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir, mencapai 3,06 juta ton, menurut data BPS.
"Selama 5 tahun terakhir impor beras di 2023 ini merupakan yang terbesar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (15/1/2024).
Angka impor tersebut mengalami peningkatan 613,61% dibandingkan 2022. Pada 2022 Indonesia mengimpor beras sebanyak 429 ribu ton, dan pada 2021 sebesar 407,7 ribu ton, 356 ribu ton pada 2020 dan 444 ribu ton pada 2019.
lebih lanjut, Pudji merinci jenis beras yang paling banyak diimpor Indonesia adalah semi milled or wholly milled rice dengan volume impor 2,7 juta ton atau sekitar 88,18%. Lalu, broken rice, other than of a kind dengan volume impor 345 ribu ton atau sekitar 11,29% dari total impor.
Selanjutnya ada Basmati rice, semi-milled or wholly milled rice dengan volume 7.133 ton atau 0,23%; other fragrant rice, semi milled 6.950 ton (0,23%); dan glutinous rice 1.300 ton (0,02%).
Impor beras terbanyak berasal dari Thailand, yaitu 1,38 juta ton atau mencakup 45,12% dari total impor beras. Disusul oleh Vietnam dengan 1,14 juta ton (37,47%); Pakistan 309 ribu ton (10,10%); Myanmar dengan 141 ribu ton atau sekitar 4,61%, dan dari negara lainnya 83 ribu ton atau sekitar 2,70%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)[Gambas:Video CNBC]
https://news.google.com/rss/articles/CBMigQFodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9yZXNlYXJjaC8yMDI0MDExOTE3MjExNC0xMjgtNTA3MzczL2ltcG9yLXBlY2FoLXJla29yLS1wcm9kdWtzaS1hbWJydWstYXBhLWthYmFyLXN3YXNlbWJhZGEtYmVyYXMtcmnSAQA?oc=5
2024-01-20 01:15:00Z
CBMigQFodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9yZXNlYXJjaC8yMDI0MDExOTE3MjExNC0xMjgtNTA3MzczL2ltcG9yLXBlY2FoLXJla29yLS1wcm9kdWtzaS1hbWJydWstYXBhLWthYmFyLXN3YXNlbWJhZGEtYmVyYXMtcmnSAQA
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Impor Pecah Rekor - Produksi Ambruk, Apa Kabar Swasembada Beras RI? - CNBC Indonesia"
Post a Comment