Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping masih belum berhenti untuk "melenyapkan" bitcoin dari negaranya. Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai aturan keras dikeluarkan yang berdampak pada ambrolnya harga bitcoin.
Pada perdagangan Selasa kemarin (22/6), harga bitcoin sempat ambrol ke bawah US$ 30.000/koin (Rp 432 juta/koin, kurs Rp 14.400/US$), hingga menyentuh level terendah sejak 27 Februari lalu, berdasarkan data dari Investing.
Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu, pukul 14:04 WIB, bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 33.931/koin (Rp 488 juta/koin).
Harga bitcoin kini sudah ambrol lebih dari 50% dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 64.374/koin (Rp 927 juta/koin) yang dicapai pada 14 April lalu.
Meroketnya harga bitcoin dan mata uang kripto lainnya membuat pihak berwenang di Negeri Tiongkok memperingatkan akan adannya risiko yang mengganggu pasar finansial, serta tingginya tingkat pencucian uang.
Pemerintah China pada akhirnya bertindak, akhir bulan lalu menegaskan akan memberantas segala bentuk aktivitas penambangan dan perdagangan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Akibatnya, lebih dari 90% kapasitas penambangan bitcoin diperkirakan akan ditutup.
Jumat pekan lalu, pemerintah provinsi Sinchuan memerintahkan para penambang mata uang kripto untuk menghentikan operasinya. Sinchuan merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat penambangan bitcoin Cs.
Kemudian di awal pekan ini bank sentral China (People's bank of China/PBoC) meminta lembaga finansial untuk tidak lagi menyediakan layanan jasa mata uang kripto, termasuk pembukaan akun, kliring hingga settlement.
Sejak Jumat lalu hingga hari Senin pasca kabar dari PBoC tersebut, pasar kripto ambrol, membuat US$ 400 miliar kapitalisasi pasarnya lenyap.
Sejak Mei lalu, banyak yang memprediksi pasar kripto masih akan terus menurun. Bitcoin bahkan diprediksi masih bakal turun jauh ke bawah US$ 30.000/koin.
"Saya percaya bitcoin masih akan turun makin dalam dari posisi saat ini," tulis analis dari BiotechValley dalam sebuah catatan yang dikutip Cointelegraph, Rabu (26/5/2021).
"Saya pikir bitcoin perlahan akan turun dan membentuk dead cat bounce," tambahnya.
Dead cat bounce merupakan analisis teknikal yang menunjukkan berlanjutnya tren penurunan. Suatu aset dikatakan mengalami dead cat bounce ketika harganya merosot, kemudian perlahan berbalik naik seolah-olah akan bangkit. Tetapi setelahnya malah kembali merosot.
Pada 23 Mei lalu, bitcoin sempat menyentuh US$ 30.000/koin, sebelum perlahan bangkit. Tetapi, akhirnya kembali merosot hingga kemarin sempat menembus ke bawah US$ 30.000/koin, yang kemarin sempat dilewati.
Analis tersebut memperkirakan harga bitcoin berisiko merosot hingga ke US$ 15.000/Koin (Rp 216 juta/koin).
Kabar buruknya lagi, bitcoin kini juga dibayangi death cross.
Foto: Investing
|
Death cross merupakan perpotongan indikator rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50) dengan rerata pergerakan 100 hari (MA 100) serta 200 hari (MA 200). Dimana MA 50 memotong MA 100 dan MA 200 dari atas ke bawah, yang sudah terjadi jika melihat pergerakan bitcoin pada grafik harian.
Alhasil, risiko kemerosotan bitcoin kini semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDYyMzE0MDI1Ni0xNy0yNTUzMzYvZGloYWphci14aS1qaW5waW5nLWJpdGNvaW4tYmFrYWwtYW5qbG9rLWtlLXJwLTIwMC1qdXRhLWtvaW7SAQA?oc=5
2021-06-23 09:42:07Z
52782825031439
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dihajar Xi Jinping, Bitcoin Bakal Anjlok ke Rp 200 Juta/koin? Market - CNBC Indonesia"
Post a Comment