Jakarta, CNBC Indonesia - Jagat kripto kembali heboh dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, sang pengusaha dan pemilik perusahaan produsen mobil listrik Tesla, Elon Musk berencana menghentikan pembelian mobil miliknya menggunakan Bitcoin.
Keputusan ini menyusul adanya riset yang menyebutkan bahwa transaksi Bitcoin memiliki dampak lingkungan yang cukup serius karena meningkatnya penggunaan energi ketika kripto terbesar tersebut sedang diperdagangkan.
Dilansir dari CNBC International, Jumat (14/5/2021), Elon Musk dalam keterangannya menyebutkan adanya kekhawatiran bahwa Bitcoin menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat pesat.
Dia juga menyinggung data dari peneliti di Universitas Cambridge yang menunjukkan lonjakan penggunaan listrik bitcoin tahun ini.
Sebenarnya bukan hanya Musk yang khawatir dengan kondisi tersebut. Kritikus bitcoin telah lama waspada terhadap dampaknya terhadap lingkungan.
Cryptocurrency menggunakan lebih banyak energi daripada seluruh negara seperti Swedia dan Malaysia, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge. Hal itu pun bertentangan dengan ESG yang terus meningkatkan komitmennya untuk menangani perubahan iklim.
Martin Whittaker, CEO spesialis pasar ESG, JUST Capital, yang berfokus pada pertanggungjawaban perusahaan pada masalah-masalah seperti emisi karbon, mengatakan kritik iklim terhadap bitcoin mudah dibuat, tetapi dapat disederhanakan.
"Saya telah melihat jumlah jejak karbon yang sama dengan Swedia atau Selandia Baru dan kenyataannya itu tergantung pada bagaimana listrik dihasilkan. Jika Anda menambang semuanya dari batu bara bitumen yang akan memberi Anda satu tingkat intensitas karbon, tetapi jika berasal dari tenaga bersih, jejaknya sama sekali berbeda, cryptocurrency pun bisa menjadi peluang besar bagi siapa saja yang peduli dengan energi bersih," Whittaker mengatakan di acara virtual CNBC Global CFO Council pada Kamis (13/5/2021) pekan lalu.
Dalam pembelaan Musk, komentarnya tentang intensitas energi penambangan juga merupakan seruan bagi industri kripto untuk fokus pada menciptakan operasi yang efisien dan mungkin dengan lebih banyak kendali atas pasar untuk dirinya sendiri.
Tweet Musk baru-baru ini merujuk pada Dogecoin yang dipromosikan oleh Musk sebagai kripto masa depan, di mana ia "menang telak".
Bagaimanapun, argumentasi soal iklim membuat para leaders kripto yang telah terlibat selama lebih dari satu dekade pun tampak bingung.
"Saya tidak mengerti mengapa dia mengatakan itu, karena saya berharap dia memahami cara kerja penambangan," kata Wences Casares, CEO bank digital dan kustodian bitcoin Xapo, di virtual CNBC Global CFO Council.
Ia mencatat bahwa dunia sudah membuang banyak energi dalam aktivitas yang tidak berguna dan penambangan bitcoin menggunakan persentase energi dunia yang sangat kecil, dan sebagian besar operasinya sudah dapat diperbarui.
Sekitar tiga perempat dari penambangan kripto menggunakan sebagian energi terbarukan dan 39% seluruhnya dapat diperbarui (bila tenaga air disertakan), menurut para peneliti Cambridge, yang mengatakan bahwa topik tersebut terus "disalahartikan".
Dinamika iklim memanglah rumit, tetapi itu bukan fokus utama perusahaan. Hal Ini adalah gangguan dari pembelajaran dasar tentang Bitcoin yang masih dibutuhkan banyak perusahaan besar, jika mereka ingin menghindari tertinggal oleh transformasi fundamental di seluruh dunia.
Untuk memahami mengapa bitcoin sangat boros energi, harus dilihat teknologi yang mendasarinya, yakni blockchain.
Bitcoin bersifat desentralisasi, artinya tidak dikontrol oleh otoritas tunggal mana pun dan public ledger dari Bitcoin terus diperbaharui oleh jaringan komputer di seluruh dunia.
Para 'penambang' Bitcoin ini menjalankan komputer yang dibuat khusus untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks untuk membuat transaksi berhasil. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencetak bitcoin baru.
Mereka tidak menjalankan operasi ini secara gratis. Mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk menyiapkan peralatan khusus. Hal utama untuk model Bitcoin, mereka menyebutknya 'bukti kerja' adalah harapan untuk mendapatkan Bitcoin jika berhasil memecahkan algoritma yang kompleks.
Perlu dicatat bahwa Dogecoin, yang harganya naik liar akhir-akhir ini karena dukungan dari Musk, juga menggunakan mekanisme yang sama.
Seorang profesor di University of Sussex Business School, Carol Alexander menyebutkan bahwa kesulitan penambang Bitcoin ini karena ukuran dari upaya jaringan yang diperlukan untuk menambang cryptocurrency terus naik dalam tiga tahun terakhir.
"Semakin banyak listrik yang digunakan, itu berarti bahwa kesulitan jaringan juga akan meningkat (dan) lebih banyak penambang yang datang karena tingkat hash akan meningkat," kata dia, dikutip Jumat (14/5/2021).
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDUxODA5MzYwMC0xNy0yNDYyNTYvYnVrYW4tc29hbC1yZWNlaC1iaWtpbi1lbG9uLW11c2sta2hhd2F0aXItbWFzYS1kZXBhbi1rcmlwdG_SAQA?oc=5
2021-05-18 06:50:00Z
52782765763934
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bukan Soal 'Receh' Bikin Elon Musk Khawatir Masa Depan Kripto - CNBC Indonesia"
Post a Comment