Search

Respons Aprindo soal Tindakan 'Pengambilan' Barang oleh Warga

Sebelumnya, Polri menyoroti aksi 'penjarahan' yang dilakukan warga terdampak gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Polri menyatakan, penjarahan dengan alasan apapun tidak dapat dibenarkan.

Kendati, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya memberi toleransi terhadap warga yang mengambil paksa makanan atau kebutuhan pokok lainnya di toko-toko dengan dalih untuk bertahan hidup.

Namun jika barang yang dijarah bukan kebutuhan pokok, seperti barang elektronik, perhiasan, dan lainnya, Polri akan menindak tegas.

"Kalau barang-barang lain, ini sudah kriminal. Oleh sebab itu kami mohon dengan hormat dan sangat, ini menjadi atensi juga dan kami akan mengamankan," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 1 Oktober 2018.

Selain membantu mengevakuasi korban, personel kepolisian yang dikirim juga bertugas menjaga keamanan. Polri juga terus melakukan upaya persuasif agar masyarakat terdampak gempa tidak melakukan penjarahan.

Setyo menegaskan, pihaknya akan menindak tegas masyarakat yang menjarah barang-barang yang bukan kebutuhan pokok. Dia juga menyatakan bahwa melakukan kejahatan pada situasi bencana sanksi hukumannya lebih berat.

"Kita persuasif dulu. Situasi tidak memungkinkan melakukan penegakan hukum. Ini situasi dalam kondisi darurat bencana. Tapi kalai keterlaluan ditindak," katanya.

"Situasi bencana melakukan kejahatan hukumannya lebih berat. Pasal KUHP diatur, situasi bencana melakuan kejahatan itu lebih berat ancaman hukumannya. Kita persuasif dulu tapi kalau nggak bisa baru ditindak," Setyo menandaskan.

Diberitakan bahwa ada penjarahan di sekitar bandara pasca gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pun angkat bicara menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Tjahjo saat ini ada di Palu. Dan saat kejadian, sedang ada di sekitar bandara.

Menurut Tjahjo kondisi bandara memang berantakan. Ada beberapa bangunan yang merupakan fasilitas bandara runtuh karena gempa. Saat ini, listrik juga mati. Bandara juga tidak ada yang tunggu. Tidak hanya itu, halaman bandara juga difungsikan untuk menampung pengungsi.

"Ya memang ada toko di bandara yang rusak akibat gempa makanan minuman berhamburan kemudian itu diambil masyarakat jadi bukan penjarahan," kata Tjahjo.

Tjahjo yang saat itu tengah ada di bandara, melihat langsung kejadian itu. Ia akui, halaman bandara memang penjagaan masih minim. " Itu yang saya tahu. Tidak begitu beritanya" katanya.

Tjahjo menceritakan, saat ia meninjau kondisi masyarakat korban bencana yang sedang dirawat di rumah sakit. Saat ini bantuan yang diperlukan segera adalah makanan dan minuman. Sebab semua toko tutup. Banyak yang rusak dan runtuh. Tidak hanya itu, aliran listrik juga mati. Kata Tjahjo, sempat digelar rapat dengan pihak Pemda setempat. Ia telah menginstruksikan beberapa hal pada Pemda.

"Dalam rapat saya minta Pemda fasilitasi untuk membeli minuman dan  makanan di toko yang jual. Dan prioritas  berikan dulu ke pengungsi dan yang di rawat dirumah sakit, cari yang punya toko dibeli dulu dan sy minta pengawalan Satpol-PP dan Polri kemudian bagikan makanan tersebut," ujar Tjahjo.

Saat ini darurat listrik kata Tjahjo. Dan  bantuan baru masuk malam nanti dari daerah tetangga. "Kondisi memang darurat, makanan dan bantuan minuman belum masuk. Toko tutup, ya bantu masyarakat yang perlu makan minum," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Warga sekitar lokasi kecelakaan, memanfaatkan keadaan.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3656495/respons-aprindo-soal-tindakan-pengambilan-barang-oleh-warga

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Respons Aprindo soal Tindakan 'Pengambilan' Barang oleh Warga"

Post a Comment

Powered by Blogger.