Search

Duh! Ramalan IMF Bikin Ngeri, Akankah IHSG Merah Membara? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (25/6/2020) berpeluang menguat merespons Peraturan Kementerian Keuangan kendati terbatas karena koreksi bursa Wall Street akibat lonjakan kasus terinfeksi Covid-19.

Sebelumnya, pada perdagangan Rabu kemarin (24/6/2020) IHSG menguat 85,6 poin atau 1,75% ke level 4.964,73 merespons kebijakan atau peraturan Kementerian Keuangan yang sekaligus menopang sektor finansial.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 9,75 triliun, investor asing kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 250,74 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 245 saham yang mencatatkan kenaikan, sementara turun sebanyak 159 saham dan stagnan sebanyak 165.


Saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFFI) (35,00%), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) (11,98%), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (8,22%), Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) (7,52%) dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) (5,70%).

Penguatan IHSG ini terpicu oleh peraturan atau kebijakan dari Kementerian Keuangan yang secara resmi mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70/PMK.05/2020 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Sebanyak empat bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Himbara resmi mendapatkan kepercayaan penempatan dana dari pemerintah sebesar Rp 30 triliun sejalan dengan terbitnya aturan baru dari Menteri Keuangan Sri Mulyani berkaitan dengan bantuan likuiditas perbankan.

Merespons hal tersebut, saham bank-bank milik pemerintah yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk(BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) langsung melejit kemarin saat ditutup pada sesi II.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia) ditutup di zona merah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 710,16 poin atau 2,7% menjadi 25.445,94, Nasdaq jatuh 222,20 poin atau 2,2% menjadi 9.909,17 dan S&P 500 terpeleset 80,96 poin atau 2,6% menjadi 3.050,33.

Tekanan IMF

Hanya saja, kabar terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) bisa menjadi tekanan. IMF memangkas perkiraan ekonominya pada Rabu (24/6/2020). Bahkan outlook dengan judul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery ini membuat ramalan yang makin buruk soal ekonomi global.

Ekonomi dunia diproyeksi akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Pemulihan ekonomi diproyeksi akan lebih lambat dan bertahan dari yang diprediksi sebelumnya. Di 2021 ekonomi global diramal 5,4%, atau lebih rendah 6,5 poin persentase dibanding outlook Januari 2020.

"Dampak buruk pada rumah tangga berpenghasilan rendah sangat akut, membahayakan," tulis lembaga itu lagi.

Secara terperinci, negara maju akan mengalami kontraksi 8% di 2020, meski tumbuh 4,8% di 2021. Amerika Serikat akan berkontraksi 8% sedangkan Zona Eropa kontraksi 10,2%. Ekonomi Italia dan Spanyol akan -12,8% sedangkan Prancis -12,5%. Jerman -7,8% sementara Inggris -10,2%. Kanada, akan -8,4%. Sementara ekonomi Jepang -5,8%.

Ekonomi negara berkembang secara general akan minus 3%, dan akan positif kembali 5,9% di 2021. Di mana China di 2020, tetap tumbuh 1%. Namun kawasan Asia lain mencatat kontraksi, seperti India -4,5% dan ASEAN-5 -2%. Khusus di RI, ekonomi di 2020 -0,3%.

Kawasan berkembang Eropa akan -5,8%. dengan Rusia -6,6%. Di Amerika Latin, ekonomi -9,4% secara keseluruhan, di mana ekonomi Meksiko kontraksi 10,5% dan Brasil -9,1%.

Kawasan Arab diramal -4,7%. Ekonomi Sub Sahara Afrika -3,2%. Sedangkan negara dengan pendapat perkapita rendah -1%.

Pada perdagangan pagi ini Kamis (25/6/2020) sejumlah sentimen dikombinasikan dengan indikator BB yang berada di area resistance yang juga melebar, berpotensi membuat kinerja IHSG menguat.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area resistance, dengan garis BB yang melebar maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk mengalami kenaikan.

Untuk melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 5.000 hingga area 5.040. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.940 hingga area 4.900.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk rebound atau naik.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 64 setelah menyentuh area 70, dengan garis RSI yang masih menunjukkan pergerakan ke atas, artinya kecenderungan untuk naik lebih lanjut masih cukup memungkinkan hingga level 80 RSI.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator garis BB yang berada di area resistance dan melebar dikombinasikan dengan MACD yang berpotongan di wilayah negatif, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk menguat kendati terbatas karena RSI yang hampir mencapai area jenuh beli.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Saksikan video terkait di bawah ini:


(har/har)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDYyNTA4MDAyMS0xNy0xNjc4NDgvZHVoLXJhbWFsYW4taW1mLWJpa2luLW5nZXJpLWFrYW5rYWgtaWhzZy1tZXJhaC1tZW1iYXJh0gEA?oc=5

2020-06-25 01:21:00Z
52782241973365

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Duh! Ramalan IMF Bikin Ngeri, Akankah IHSG Merah Membara? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.