Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir masih mencatatkan kenaikan tipis 1,40% seiring dengan kabar baik vaksin Covid-19 yang sudah dipesan pemerintah RI, kendati pada Jumat lalu (28/8/2020) indeks acuan ini ditutup minus 0.46% di posisi 5.346.
Baru-baru ini, pemerintah berhasil mengamankan komitmen pengadaan 40 juta dosis vaksin Covid-19. Ini merupakan kesepakatan antara BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero) dan Sinovac Biotech China yang disaksikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Sentimen ini dinilai analis bisa memberi persepsi positif terhadap pasar yang tampak dari pergerakan IHSG. Terbukti, dalam sebulan terakhir hingga penutupan pekan lalu (28/8), mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sudah naik 4,49% di level 5.346.
Kendati demikian, dalam 6 bulan terakhir IHSG masih minus 9,58% dan year to date atau tahun berjalan, IHSG terkoreksi 15.13%.
Di awal tahun IHSG sempat jatuh lantaran dipengaruhi salah satunya sentimen negatif mega skandal dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang membuat cukup banyak akun saham yang terseret Jiwasraya diblokir Kejaksaan Agung. Kemudian, IHSG makin terjerembab setelah pada 2 Maret virus corona resmi masuk ke tanah air.
Masuknya virus corona dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 2 Maret itu. Ada dua orang warga Indonesia yang dinyatakan positif terinfeksi corona. Mereka ini adalah seorang ibu (64 tahun) dan anak perempuannya (31 tahun).
Hingga saat ini, per Minggu (30/8/2020), kasus konfirmasi positif mencapai 172.053 pasien atau bertambah 2.858 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Kasus Covid-19 ini pulalah yang mengerek saham-saham khususnya berkaitan dengan kesehatan, yakni farmasi. Pergerakan saham sektor farmasi menuai euforia dari optimisme penemuan vaksin Covid-19 dan membuat emiten farmasi mampu menguat hingga ratusan persen dalam 6 bulan terakhir.
Menurut Teknikal Analis PT Profindo Sekuritas, Dimas W. Pratama, sentimen ini masih bisa menopang kelanjutan dari apresiasi saham emiten farmasi.
5 Saham Top Gainers 6 Bulan, per 28 Agustus 2020
1. PT Indofarma Tbk (INAF)
Saham emiten farmasi ini meroket 349,66% di level Rp 3.260/saham dalam periode 6 bulan terakhir. Akhir pekan lalu, Jumat (28/8/2020), saham anak usaha PT Bio Farma (Persero) ini ditutup minus 1,81%. Penguatan saham INAF terjadi juga bersamaan dengan saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF), sama-sama mendapatkan sentimen vaksin corona.
2. PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Saham emiten farmasi 'saudaranya' INAF ini juga mendapat katalis positif vaksin corona. Bio Farma, induk KAEF dan INAF tengah melakukan uji coba vaksin Covid-19 bekerjasama dengan perusahaan farmasi Sinovac asal China. Sontak sentimen ini mengerek dua emiten farmasi pelat merah ini. Pekan lalu, saham KAEF ditutup minus 2,11% di level Rp 3.240/saham dan 6 bulan terakhir meroket 288,02%.
3. PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS)
Saham anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ini meroket dalam beberapa hari terakhir seiring dengan kinerja perusahaan yang melesat di tengah performa sektor perbankan yang lesu. BRIS melaporkan pertumbuhan laba bersih yang impresif pada triwulan II-2020, sebesar 229,6% menjadi Rp 117,2 miliar, dibandingkan triwulan II-2019.
Saham BRIS pada pekan lalu ditutup naik 1,58% di level Rp 965/saham dan dalam 6 bulan terakhir melesat 209,29%. Sentimen lain penggerak saham BRIS yakni rencana merger bank syariah BUMN.
4. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO)
Laporan keuangan mencatat Bank Agroniaga mencatatkan laba bersih Rp 20 miliar, turun 74,5% dari periode yang sama semester I 2019 yakni Rp 78 miliar. Pendapatan bunga bersih turun 2,9% menjadi Rp 323 miliar dari sebelumnya Rp 333 miliar. Namun saham perusahaan meroket 160,27% di level Rp 380/saham dalam 6 bulan terakhir, pekan lalu saham AGRO ditutup minus 2,06%.
Sentimen saham ini berkaitan dengan rencana buyback dan alokasi saham kepada perusahaan, selain juga digerakkan oleh spekulasi.
5. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR)
Emiten semen BUMN ini juga masuk 5 saham dengan kenaikan tertinggi dalam 6 bulan terakhir yakni 100,33% di level Rp 605/saham. Pekan lalu saham SMBR stagnan dengan kapitalisasi pasar Rp 6,01 triliun.
Basthony Santri, Sekretaris Perusahaan SMBR, dalam suratnya kepada manajemen BEI, menegaskan sampai dengan tanggal surat perusahaan 27 Juli, pihaknya tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dianggap dapat mempengaruhi nilai efek perseroan atau keputusan investasi pemodal.
"Sampai dengan tanggal surat ini, perseroan juga tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 60/POJK.04/2015," katanya dalam keterbukaan informasi.
"Perseroan akan melakukan tindakan Repackaging Fasilitas Kredit Sindikasi dalam waktu dekat," tegasnya
Adapun berkaitan dengan proyeksi perdagangan pekan ini, Direktur PT Mega Anugerah Investama, Hans Kwee, memperkirakan IHSG berpeluang konsolidasi cenderung melemah setelah penguatan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami perkirakan IHSG akan bergerak dengan support [batas bawah] di level 5.324 sampai 5.218 dan resistance [batas atas] di level 5.400 sampai 5.450," katanya dalam riset, dikutip Senin (31/8/2020).
Hans juga menilai sentimen pasar juga datang dari kebijakan pemerintahan Ibu Kota. Pemprov DKI Jakarta kembali melakukan perpanjangan PSBB transisi. "Hal ini mendorong kemungkinan besar ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga mengalami pertumbuhan negatif," katanya.
Di sisi lain, di tengah pandemi ini, pemerintah pun terus mengimbau agar masyarakat tidak takut berlebihan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan menilai pandemi Covid-19 memiliki dampak besar kepada kehidupan masyarakat Indonesia. Namun demikian, dia berpesan agar masyarakat terlalu khawatir berlebihan atau bahkan takut terhadap Covid-19.
"Jangan terus berada pada ketakutan soal Covid-19. Pandemi Covid-19 justru memicu kita untuk berinovasi dan melakukan reformasi untuk membuat RI lebih efisien lagi," ujar Luhut dalam acara High Impact Seminar dan Kick Off Program BI, Minggu (30/8/2020).
Ia menekankan ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam bertransformasi. Pertama, harus kompak dan memanfaatkan pandemi ini menjadi peluang tidak hanya tantangan semata. Pandemi Covid-19 mendorong orang-orang untuk melihat peluang digitalisasi.
Kedua, memupuk semangat inovasi. Ia memuji Bank Indonesia (BI) yang sudah melakukan hal tersebut.
Eks Kepala Kantor Staf Presiden itu menegaskan dalam kondisi tertekan seperti saat ini optimisme harus selalu dijaga.
"Saya menemukan dalam perjalanan karier saya, dalam keadaan sulit, saya optimis karena Tuhan memberikan kita talenta untuk mencari jalan keluar dari segala masalah," kata eks prajurit Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDgzMDIzMzQyOS0xNy0xODMxMzIvY2F0YXQtaW5pLWRpYS01LXNhaGFtLXRlcmN1YW4tc2VqYWstcGFuZGVtaS1jb3ZpZC0xOdIBAA?oc=5
2020-08-30 23:22:42Z
52782357440683
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Catat! Ini Dia 5 Saham Tercuan Sejak Pandemi Covid-19 - CNBC Indonesia"
Post a Comment