Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan awal pekan Senin (31/8/20) tidak dapat berlangsung lama berada di zona hijau. Sempat dibuka dengan kenaikan 0,29% di level 5.362,40 pada awal perdagangan, IHSG saat ini terkapar di zona merah, turun 0,14% di level 5.338,54.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 204 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 3,2 triliun.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan jual bersih sebesar Rp 54 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 43 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan beli bersih sebesar Rp 7 miliar dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan net buy sebesar Rp 6 miliar.
Selanjutnya bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau hijau, Hang Seng Index di Hong Kong naik1,21%, Nikkei di Jepang terapresiasi 1,81%, sedangkan Indeks STI di Singapura naik 0,34%.Kenaikan ini setelah investor kawakan Warren Buffett membeli 5 perusahaan perdagangan terbesar di Negara Matahari Terbit.
Katalis negatif perdagangan hari ini datang dari Menkopolhukam Mahfud MD yang dengan gamblang menyebutkan Indonesia bakal masuk ke jurang resesi ekonomi. Bulan depan, menurut Mahfud resesi terjadi namun ia menegaskan krisis ekonomi tidak terjadi.
"Sementara kehidupan ekonomi turun terus. Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," demikian kata Mahfud yang diberitakan detikcom ketika dirinya di Jogja.
Beralih ke bursa efek acuan dunia negeri Paman Sam, Wall Street ditutup bervariatif pada penutupan Kamis (27/8/20) waktu setempat. Dow Jones terapresiasi 0,57%, S&P 200 naik 0,67%, akan tetapi Indeks Nasdaq loncat 0,60% setelah pidato pidato Jackson Hole Gubernur The Fed Jerome Powell.
Kenaikan terjadi karena pelaku pasar memfaktorkan kebijakan bank sentral Amerka Serikat (AS) yang bakal menerapkan kebijakan uang longgar lebih lama, serta pertaruhan kinerja positif emiten-emiten berbasis teknologi.
"Bukan hanya pertaruhan kebijakan The Fed. Mereka salah ketika berpikir bahwa reli tersebut tak memiliki legitimasi. Lihat angka penjualan ritel, survei manufaktur dan jasa ISM, data perumahan, atau penjualan otomotif. Lihat perbaikan angka klaim tunjangan pengangguran. Semuanya berbalik melompat," tutur Jim Paulsen, analis Leuthold.
Dia yakin pemulihan ekonomi bakal membawa kinerja perusahaan yang tercatat di Wall Street membukukan lonjakan profitabilitas. Dia memperkirakan laba bersih perusahaan konstituen indeks S&P 500 bakal menyentuh angka US$ 200 per saham pada 2021, atau jauh di atas konsensus pasar sebesar US$ 165/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMibWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDgzMTEwNDcwMy0xNy0xODMyMDYvc2FoYW0tYmFuay1iZXNhci1kaWxlZ28tYXNpbmctaWhzZy10ZXJqdW4tYmViYXPSAQA?oc=5
2020-08-31 04:03:28Z
52782357440683
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saham Bank Besar Dilego Asing, IHSG Terjun Bebas - CNBC Indonesia"
Post a Comment