Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama awal pekan Senin (18/8/20) ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,13% di level 5.279,81.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 340 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 4,8 triliun. Tercatat 208 saham naik, 202 turun, sisanya 154 stagnan.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan jual bersih sebesar Rp 72 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 125 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 90 miliar dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 10 miliar.
Meskipun bursa Paman Sam dan bursa Benua Kuning secara umum pada perdagangan Jumat (21/8/20) berhasil menghijau, IHSG kenaikanya masih tipis setelah terkena jet lag sebab diketahui ketika bursa efek di kawasan Asia kebakaran pada Kamis lalu (20/8/20), di Indonesia sedang libur merayakan Hari Raya Tahun Baru Islam.
Tensi geopolitik global juga kembali memanas setelah Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo memperingatkan China dan Rusia untuk tidak melanggar sanksi PBB terhadap Iran.
Hal ini berpotensi meningkatkan harga emas dan minyak dunia akibat meningkatnya risiko global dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan.
Teknikal Analisis
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada diarea batas atas maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksinya.
Foto: CNBC Indonesia
IHSG Teknikal |
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.292. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.265.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 59, yang menunjukkan indikator jenuh beli akan tetapi pergerakan RSI terkonsolidasi turun dan masih nelum menyentuh level jenuh jual sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk terdepresiasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator MACD yang berada di zona negatif dan RSI yang terkonsolidasi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDgyNDEyMzM0Mi0xNy0xODE0OTUvd2FzcGFkYS1pbmktdGFuZGEtdGFuZGEtYnVyc2Etc2FoYW0tcmktbWFzaWgtcmFwdWjSAQA?oc=5
2020-08-24 06:22:00Z
52782345089260
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waspada! Ini Tanda-tanda Bursa Saham RI Masih Rapuh - CNBC Indonesia"
Post a Comment