Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia memangkas anggaran belanja modal (capex) tahun ini sebagai dampak dari adanya pandemi Covid 19.
Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan perusahaan memotong anggaran belanja modal tahun ini hingga ratusan juta dolar AS. Namun sayang, dia tidak merinci lebih lanjut.
"Dari sisi cost (biaya), kami memang melakukan efisiensi, ada efisiensi yang sangat signifikan," tutur Tony dalam diskusi virtual dengan media massa pada Senin (17/08/2020).
Dia mengatakan, pengurangan rencana investasi tahun ini dilakukan dengan menunda beberapa proyek yang awalnya ditargetkan dikerjakan tahun ini, tapi akhirnya ditunda.
"Begitu juga ada penghematan-penghematan di tempat lain, tentu ini bagian yang biasa dilakukan oleh korporasi dalam merespons situasi seperti ini, sehingga ada penghematan," tuturnya.
Namun, Tony mengatakan pihaknya tetap menganggarkan investasi untuk pengerjaan tambang bawah tanah sebesar US$ 1,3 miliar tahun ini.
Sejak akhir tahun lalu tambang terbuka (open pit) Grasberg yang dikelola Freeport sudah tutup operasi dan perusahaan mulai meningkatkan produksi dari tambang bawah tanah. Adapun produksi tahun ini masih mencapai 50%-60% dari kapasitas penuh yang diperkirakan baru akan tercapai di 2022.
Target Produksi
PT Freeport Indonesia optimistis bisa mencapai produksi tembaga sebanyak 800 juta pon dan emas sebesar 800 ribu ons meski masih di tengah pandemi Covid-19.
Tony mengatakan, produksi tahun ini masih sekitar 50%-60% dari kapasitas penuh tambang karena masih dikerjakannya proyek tambang bawah tanah. Tambang bawah tanah ditargetkan bisa beroperasi penuh pada 2022.
"Kami confident (percaya diri) target ini bisa dicapai," tutur Tony.
Ia mengakui, adanya pandemi Covid-19 ini berpengaruh terhadap operasional tambang. Pada pertengahan Maret area Tembagapura diisolasi di mana tidak boleh ada orang keluar masuk area tambang ini guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Karyawan yang sudah berada di dalam Tembagapura tetap tinggal selama lebih dari empat bulan tanpa diizinkan meninggalkan area tersebut.
Tapi dengan protokol kesehatan, pihak terus berupaya meningkatkan produksi tambang bawah tanah.
"Dari sisi produksi, dengan ketangguhan dan ketabahan karyawan di sini, produksi bisa dicapai sesuai dengan target," tuturnya.
Dia mengatakan, peningkatan produksi ini juga didorong karena adanya kenaikan harga tembaga dan emas di pasar internasional. Tumbuhnya perekonomian China pada kuartal kedua lalu juga dapat dirasakan dampaknya bagi produsen tembaga ini. Tony menyebutkan, permintaan tembaga dari China mengalami peningkatan. Dengan terbatasnya pasokan tembaga dunia dan permintaan meningkat, maka ini mendorong harga terkerek naik.
"Ini membuat penghasilan kami bertambah dan produksi sesuai rencana," ujarnya.
Ia mengakui, kondisi ini belum membuat arus kas perusahaan positif karena perusahaan menganggarkan dana hingga US$ 1,3 miliar untuk investasi tambang bawah tanah tahun ini.
"Sehingga kami belum bisa berikan dividen tahun ini," ungkapnya.
Ia menuturkan, tambang Freeport Indonesia berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi provinsi Papua dan Kabupaten Mimika pada kuartal kedua lalu, meski secara nasional ekonomi Indonesia mengalami kontraksi.
"Di tengah covid ini, di mana terjadi kontraksi ekonomi negara kita, tapi ekonomi Papua tumbuh 4,9%, di mana 29%-nya adalah sumbangsih dari sektor pertambangan dan penggalian yang dimotori PTFI," ungkapnya.
Freeport sempat menyebutkan produksi tembaga pada semester I-2020 mencapai 321 juta pon atau meningkat 18,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan produksi emas mencapai 341 ribu ons atau tumbuh 7,91%.
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMic2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMDA4MTcyMDM2MDMtNC0xODAzNjYvZnJlZXBvcnQtcGFuZ2thcy1pbnZlc3Rhc2ktanV0YWFuLWRvbGFyLXRhay1iYWdpLWRpdmlkZW7SAQA?oc=5
2020-08-17 13:55:39Z
52782335385965
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Freeport Pangkas Investasi Jutaan Dolar & Tak Bagi Dividen - CNBC Indonesia"
Post a Comment