Search

Bukan BBCA & BBRI, 10 Saham Ini Ngamuk Kemarin - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (23/11/20) ditutup di zona hijau, terapresiasi 1,46% di level 5.652,33. Indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini bahkan sempat menyentuh level tertinggi 5.652.

Penguatan IHSG terjadi di tengah respons positif pasar terkait dengan pengajuan izin vaksin Pfizer terhadap otoritas obat dan makanan (FDA) Amerika Serikat.

Level IHSG di atas 5.600 ini menjadi level penutupan tertingginya selama 7 bulan terakhir. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 12,18 triliun, dengan 321 saham naik, 147 saham turun, dan 158 saham stagnan.


10 Saham Top Gainers Senin 23 Nov

1. Semen Baturaja (SMBR), +23,26% Rp 795, nilai transaksi Rp 232,7 miliar

2. Indika Energy (INDY), +16,24 Rp 1.360, transaksi Rp 162,6 miliar

3. Adhi Karya (ADHI), +11,41% Rp 1.025, transaksi Rp 202,4 miliar

4. Barito Pacific (BRPT), +9,42% Rp 1.045, transaksi Rp 312,1 miliar

5. Medco Energi (MEDC), +9,39% Rp 466, transaksi Rp 145,2 miliar

6. Adaro Energy (ADRO), +6,17% Rp 1.290, transaksi Rp 246,8 miliar

7. Bumi Resources (BUMI), +6% Rp 53, transaksi Rp 40,9 miliar

8. Intiland Development (DILD), +5,94% Rp 214, transaksi Rp 73,8 miliar

9. Delta Dunia (DOID), +5,84% Rp 290, transaksi Rp 76,5 miliar

10. XL Axiata (EXCL), +5,65% Rp 2.430, transaksi Rp 206,3 miliar

Berdasarkan data di atas, top gainers didominasi saham-saham emiten energi khususnya batu bara. Saham-saham perbankan tak begitu bagus performanya pada perdagangan Senin. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), sebagai raja kapitalisasi pasar di BEI stagnan di level Rp 33.000/saham, sementara PT Bank Rakyat Indonesia tbk (BBRI) cuma naik 1,49% di level Rp 4.080/saham. 

Penguatan terbesar saham batu bara dicatatkan emiten batu bara INDY mencapai 16,24%.

Pada awal November, INDY baru saja menyelesaikan penerbitan surat utang dalam denominasi dolar senilai US$ 675 juta atau setara Rp 9,83 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.570 per dollar AS.

Rencananya, dana dari penerbitan global bond ini akan dipakai untuk membiayai kembali utang (refinancing) senilai US$ 500 juta yang diterbitkan Indo Energy Finance II B.V. Surat utang dengan bunga sebesar 6,37% itu akan jatuh tempo pada 2023 mendatang.

Selain itu, perseroan juga berencana mendiversifikasi bisnisnya di luar bisnis pertambangan batu bara.

Tak hanya itu, dalam keterbukaan informasi di Bursa Singapura kemarin, anak usaha Grup Indika, Indika Energy Capital III Pte. Ltd mengajukan amandemen kepada pemegang obligasi, terkait syarat dan ketentuan obligasi denominasi dollar senilai US$ 575 juta.

Di sisi lain, penguatan harga saham batu bara juga terjadi di tengah harga kontrak batu bara termal Newcastle yang ditutup menguat sejak akhir pekan lalu. Kenaikan harga komoditas di tengah banjir berita positif soal kandidat vaksin Covid-19 memicu terjadinya reli.

Jumat (20/11/2020), harga kontrak batu bara Newcastle naik 2,19% dan tembus ke US$ 65,45/ton. Dalam sepekan harga kontrak batu legam itu naik 4,55%. Secara month to date harga kontrak batu bara naik 10,5%.

Tim Riset CNBC Indonesia menilai kenaikan saham batu bara sebetulnya tidak hanya datang dari melesatnya komoditas batu legam.

Kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Mineral dan Batu Bara (Minerba) akan diundangkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) paling lambat bulan depan bahkan bisa jadi akan diundangkan akhir bulan ini.

Di sisi lain, Citi juga baru saja merilis rekomendasinya untuk saham-saham batu bara setelah sebelumnya sektor ini ambruk di tengah kejatuhan harga saham.

"Semua perusahaan batu bara Indonesia di bawah cakupan kami telah melaporkan hasil 3Q20 mereka (kecuali INDY, akan melaporkan pada akhir bulan ini) dengan semua dari mereka melaporkan hasil yang lemah, meleset dari perkiraan karena harga batu bara yang sangat lemah di 3Q20," tulis riset Citi, dikutip Selasa (24/11).

"Namun, kami yakin yang terburuk telah berlalu, dan kami sekarang berada di posisi yang tepat untuk mulai mengumpulkan saham batu bara Indo untuk reli yang panjang.

Citi menaikkan rekomendasi saham ITMG (Indo Tambangraya Megah), PTBA (Bukit Asam) dan ADRO menjadi Beli, dan menaikkan target harga untuk ADRO (Rp 2.200), PTBA (Rp 3.150), INDY (Rp 2.000), dan ITMG (Rp 17.000). Adapun target price untuk UNTR (United Tractors) tidak berubah (Rp 28.500).


[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiaWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTEyMzE5MDk1Mi0xNy0yMDQwNjQvYnVrYW4tYmJjYS1iYnJpLTEwLXNhaGFtLWluaS1uZ2FtdWsta2VtYXJpbtIBAA?oc=5

2020-11-23 23:30:00Z
52782489662161

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bukan BBCA & BBRI, 10 Saham Ini Ngamuk Kemarin - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.