Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih susah kembali ke harga pada awal tahun atau Januari 2021. Pada penutupan perdagangan Selasa (20/4/2021) kemarin, IHSG ditutup melemah 0,23% ke 6.038,32.
Sedangkan pada pembukaan hari ini, IHSG dibuka kembali melemah 0,46% ke 6.010,27 dan berakhir masih di zona merah dengan melemah 0,64% ke level 5.999,67 pada perdagangan sesi I Rabu (21/4/2021).
Secara kinerja dalam sebulan terakhir, IHSG ambles hingga 4,17%, sedangkan dalam tahun berjalan (year-to-date/YTD), IHSG merosot 1,09%. Namun dalam setahun, IHSG masih cukup eksis dengan melesat 47,08%.
Jika dibandingkan dengan bursa saham Asia lainnya, pelemahan IHSG merupakan yang terparah dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Sedangkan indeks saham Asia yang paling prima dalam sebulan terakhir adalah indeks saham Weighted Taiwan (Taiwan Capitalization Weighted Stock Index) yang melesat hingga 5,08%.
Walaupun terpuruk dalam sebulan terakhir, namun secara year-to-date (YTD), IHSG masih lebih baik. Sedangkan indeks saham Asia yang terburuk dalam tahun berjalan adalah indeks saham Filipina yang ambrol hingga 9,2%, sementara indeks saham Weighted Taiwan lagi-lagi yang paling moncer selama tahun berjalan.
Penurunan IHSG hari ini melanjutkan tren koreksi bursa Tanah Air sejak akhir Maret di mana saat itu IHSG diperdagangkan di area 6.300. Sejak ambruk dari level tertingginya di bulan Maret tersebut, IHSG sudah terkoreksi sebesar 4,8%.
Bahana Sekuritas menilai pergerakan IHSG masih akan belum ke mana-mana dan cenderung tertekan. Penyebab utamanya adalah pasar saham dalam negeri yang sekarang sepi peminat.
Dalam risetnya, Analis Bahana Sekuritas Hadi Soegiarto mengatakan saat ini IHSG hanya akan bergantung pada aliran dana dari investor asing (capital inflow). Pasalnya investor dalam negeri, baik itu investor institusi maupun investor ritel saat ini kemampuan belinya mulai menurun.
Hal yang diharapkan oleh pasar dalam negeri adalah masuknya kembali investor asing, sebab aksi jual (net sell) telah dilakukan investor asing sejak 2017 dan meninggalkan kepemilikan asing hingga 38% di pasar ekuitas dalam negeri per Maret 2021.
Sementara itu saat ini investor institusi dalam negeri saat ini mulai mengalami keterbatasan kemampuan beli. Sebab dua tahun terakhir, investor ini telah menjadi 'bumper' melawan net sell yang dilakukan oleh investor asing. Investor institusi ini termasuk perusahaan asuransi dan fund manager serta pengelola dana jaminan sosial.
Saat ini investor institusi yang memiliki keterbatasan dana ini juga tengah menantikan IPO Gojek, yang akan dilakukan dual listing, dan akan memiliki bobot hingga 8% ke pasar dalam negeri.
Sedangkan pengelola dana jaminan sosial saat ini memilih untuk mengurangi eksposur investasinya di saham untuk jangka menengah. Padahal, perannya sangat besar di pasar hingga bisa menstabilkan pasar saat terjadi koreksi.
NEXT: Alasan yang Bikin IHSG Loyo
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDQyMTEyMzc1NS0xNy0yMzk1NjEvaW5pLWJpYW5nLWtlcm9rLWtlbmFwYS1paHNnLXNlYnVsYW4tcGFsaW5nLXBhcmFoLWRpLWFzaWHSAQA?oc=5
2021-04-21 07:13:00Z
52782725769115
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Biang Kerok Kenapa IHSG Sebulan Paling Parah di Asia Market - CNBC Indonesia"
Post a Comment