:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1160368/original/012499400_1457006104-20160303-BCA-AY-5.jpg)
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan industri perbankan telah mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah yang kini telah tembus 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Industri perbankan sejak 98 sudah belajar ya, jadi kita juga mengelola dolar AS sudah lebih baik. Enggak ada yang spekulasi, enggak ada pinjaman yang terlalu banyak dalam dolar, jadi saya rasa perbankan sudah lebih siap," tuturnya di Pacific Place, Jakarta Selatan, Selasa (09/10/2018).
Meski mata uang rupiah tersungkur dalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Jahja berpendapat, mata uang lain juga mengalami hal yang sama. Salah satunya ialah mata uang Jepang yakni yen.
"Kenaikan dolar memang ada, tapi yen juga tercatat melemah cukup besar juga. Jadi saya kira sepanjang kepanikan berlebih tidak terjadi, maka ini bisa terkendali," ujar dia.
Jahja menambahkan, nilai tukar rupiah yang melemah terjadi belakangan justru berdampak signifikan kepada sektor riil RI. Industri ini dinilai berpengaruh besar pada fluktuasi harga-harga barang di pasar.
"Sektor riil karena bahan baku dari produk-produk kita itu masih impor. Ini sedikit banyak ada kenaikan daripada harga. Itu harus dilihat dampaknya ke inflasi," ujar dia.
Oleh sebab itu, dia berharap inflasi yang menimpa industri dapat tetap terjaga dalam rentang harga yang proporsional.
"Karena kita harus balanced ya antara kurs, suku bunga, serta inflasi ini. Jadi yang penting kita bisa jaga inflasi tidak terlalu tinggi supaya harga barang tak melonjak tinggi," kata dia.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3662988/saran-bos-bca-bagi-perbankan-yang-alami-masalah-likuiditasBagikan Berita Ini
0 Response to "Saran Bos BCA bagi Perbankan yang Alami Masalah Likuiditas"
Post a Comment