Yang perlu diingat saat gempa adalah mewaspadai durasinya, terutama bila bertempat tinggal di dekat laut. Ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari mengatakan, pertanda dari tsunami adalah gempa yang biasa mengawalinya.
"Sebenarnya, tsunami warning itu ya gempanya sendiri. Tidak perlu menunggu BMKG, tidak perlu mengandalkan sistem peringatan dini BMKG. Indikatornya, kalau ada gempa tidak berhenti selama 2 menit, langsung lari menjauh dari pantai," ujar Abdul Muhari kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin, 1 Oktober 2018.
Menurut dia, peringatan tsunami tercepat yang dilakukan BMKG adalah melalui televisi. Namun, ketika gempa terjadi, masyarakat bakal langsung keluar rumah menghindari bangunan dan pohon.
"Tidak ada yang nonton TV lagi. Mereka sudah panik. Oleh karena itu, indikator yang bisa kami secara science peringatkan, jika ada gempa baik lemah maupun kuat, tapi terjadi selama 2 menit tidak berhenti, langsung menjauh dari pantai," Abdul Muhari menjelaskan.
Mengapa 2 menit?
Pria yang memperoleh gelar doktornya dari Universitas Tohoku, Sendai, Jepang itu mengatakan, setiap gempa dan tsunami butuh pelepasan energi. Pada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, gempa yang berdurasi selama inilah yang mengakibatkan tsunami.
"Pada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, gempa yang terjadi dengan durasi lama, lebih dari 1 menit, membangkitkan tsunami," kata pria yang akrab disapa Aam itu.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3657202/sejak-tahun-1981-bangunan-jepang-harus-tahan-gempaBagikan Berita Ini
0 Response to "Sejak Tahun 1981, Bangunan Jepang Harus Tahan Gempa"
Post a Comment