Search

Cuma Modal Rp 30 Juta, Anda Bisa Hijaukan IHSG Lho! Tapi... - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering kali terkerek naik pada akhir-akhir perdagangan atau biasa lebih dikenal dengan sebutan sesi pre-closing, dalam beberapa waktu terakhir.

Sesi yang dimulai pada jam 14:50 WIB ini menggunakan sistem perdagangan periodic call auction (lelang) sehingga ketika anda meng-input orderan setelah jam 14:50 WIB, maka order anda tidak akan langsung match meski anda memasukkan harga saham yang tertera di papan perdagangan.

JATS melakukan proses pembentukan Harga Penutupan dan mempertemukan penawaran jual dengan permintaan beli pada Harga Penutupan berdasarkan price dan time priority sehingga membentuk harga penutupan pada 15:00 WIB. Harga penutupan ini tidak dapat berubah lagi pada masa post-closing.


Dapat dilihat dari tabel di atas selama, beberapa hari terakhir IHSG berhasil loncat tinggi di atas 0,20% pada masa pre-closing yakni sebanyak 4 kali dari 7 hari perdagangan terakhir.

Catat saja pada Kamis lalu (27/8/20) IHSG berhasil terbang 0,41% pada sesi pre-close, pada hari itu sendiri IHSG 'hanya' berhasil naik 0,58% yang artinya mayoritas kenaikan hari itu terjadi di sesi pra-penutupan.

Setelah melihat tabel di atas tentu pertanyaan mengapa fenomena IHSG yang 'doyan' loncat saat sesi pre-closing akan muncul di benak para investor.

Usut punya usut ternyata menyentaknya IHSG pada sesi ini karena banyak saham-saham berkapitalisasi besar juga loncat secara tiba-tiba para periode ini.

Contohnya ketika pada Kamis lalu (27/8/20) IHSG berhasil naik 0,41% pada sesi pre-close saham perbankan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga melesat 1,54% pada waktu yang sama atau sebanyak 20 tick harga.

Gerak saham BBCA sendiri memang sangat mempengaruhi IHSG sebab BBCA merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI dengan total kapitalisasi pasar sebesar Rp 786,5 triliun.

Angka ini bahkan lebih besar daripada jumlah juara kedua dan ketiga kapitalisasi pasar di BEI yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar masing-masing Rp 437,9 triliun dan Rp 320,4 triliun.

Setiap pergerakan BBCA sebanyak 1%, IHSG akan bergerak kurang lebih sebanyak 0,19% ke arah yang sama.

Tidak hanya BBCA, saham-saham berkapitalisasi pasar besar lain juga seringkali dikerek pada sesi pra-penutupan.

Ketika, IHSG terkerek naik 0,44% pada sesi pra-penutupan Selasa lalu (1/9/20), terpantau saham berkapitalisasi pasar jumbo PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga naik sebesar 2,68% pada periode yang sama.

Fenomena naiknya saham-saham berkapitalisasi pasar besar ini secara tiba-tiba pada sesi pra-penutupan dikarenakan biasanya ada pembeli besar yang melakukan pembelian dalam jumlah massif di harga di atas harga pasar saat itu sebelum pembentukan harga yakni pada periode 14:50 WIB hingga 15:00 WIB.

Dana yang dikeluarkan oleh market maker ini untuk menarik harga tentu tidak kecil, nilainya bisa mencapai puluhan hingga ratusan miliar.

Namun ada satu saham dengan kapitalisasi pasar yang bisa juga menjadi pilihan jika investor berminat masuk jelang akhir perdagangan.

Salah satu saham tersebut adalah saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA). Alasan pemilihan SMMA adalah karena saham ini tergolong memiliki kapitalisasi pasar jumbo yakni sebesar Rp 107,3 triliun sehingga gerak saham ini sangat mempengaruhi pergerakan IHSG apalagi jika saham ini naik menyentuh level auto reject atas (ARA).

Alasan kedua SMMA berpotensi jadi pilihan karena saham ini tergolong 'saham tidur' yakni saham yang biasanya tidak ditransaksikan sama sekali dalam sehari dan papan perdaganganya sepi, sehingga mudah ditarik naik ke level ARA, hanya dengan jutaan rupiah.

Tercatat pada penutupan perdagangan Jumat (9/4/20) di saham SMMA yang dibuka di level Rp 16.850/unit pada sisi papan offer hanya terdapat 16 lot saham.

Sebagai contoh, jika anda mau mengerek SMMA menyentuh level ARA sebesar 20% yakni di level Rp 20.200/unit, anda bisa melakukan pembelian 16 lot saham SMMA di harga Rp 20.200 pada pukul 14:50 WIB sampai 15:00 WIB.

Biaya yang anda keluarkan hanyalah sebesar Rp 32,3 juta di luar biaya fee tentunya. Dengan ARA-nya saham SMMA, ini berpotensi mengerek IHSG hingga 0,53% atau sebesar 27,7 indeks poin. Angka ini tentunya lumayan tinggi apalagi jika IHSG dalam kondisi merah tipis ataupun hijau tipis.

Akan tetapi perlu dicatat bahwa melakukan pembelian saham di sesi pra-penutupan dengan tujuan untuk melakukan manipulasi harga adalah hal yang ILEGAL dan merupakan transaksi yang dilarang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Transaksi yang biasanya dikenal dengan sebutan marking the close dilarang oleh OJK melalui peraturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI Pasal 91 yang berbunyi "Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek."

Jadi.....bertransaksilah sesuai dengan prinsip BEI yakni secara teratur, wajar dan efisien. 

Disclaimer: CNBC Indonesia tidak menganjurkan segala pihak untuk melakukan pelanggaran hukum, artikel ini murni dibuat hanya untuk kepentingan pengetahuan semata.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(trp/trp)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDkwNDE4MTcyMi0xNy0xODQ0OTUvY3VtYS1tb2RhbC1ycC0zMC1qdXRhLWFuZGEtYmlzYS1oaWphdWthbi1paHNnLWxoby10YXBp0gEA?oc=5

2020-09-07 07:22:00Z
52782368820922

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Cuma Modal Rp 30 Juta, Anda Bisa Hijaukan IHSG Lho! Tapi... - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.