Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi parah pada pembukaan perdagangan sesi kedua Rabu (31/3/2021), di tengah serbuan sentimen negatif dari dalam dan luar negeri. IHSG di sesi 2 terkoreksi amat parah 2,77% menjadi 5.903,04.
Nilai transaksi bursa terhitung tipis, yakni sebesar Rp 7,4 triliun, sedangkan investor asing mencetak penjualan bersih (net sell) Rp 694 miliar di pasar reguler.
Berikut saham-saham yang memberatkan indeks sehingga terkoreksi sampai 2%.
Tercatat IHSG terdorong akibat saham dengan kapitalisasi pasar pertama dan kedua ambruk parah. Kedua saham tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang masing-masing terkoreksi 3,52% dan 4,22% dan mendorong indeks mencapai 24,63 dan 20,81 indeks poin.
Selain itu terpantau saham perbankan lain juga ambruk parah yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang ambruk 2,37% dan mendorong indeks 6,21 poin serta PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang terkoreksi 5,53% dan mendorong indeks 4,73 poin.
Terpantau saham industri pakan PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) juga menjadi salah satu pemberat indeks setelah terkoreksi 4,83% dan mendorong indeks 5,14 poin.
Koreksi di bursa nasional terjadi menyusul kombinasi sentimen negatif dari dalam dan luar negeri yang menyergap bursa secara bersamaan. Sentimen negatif dari dalam negeri muncul dari wacana pengurangan investasi saham dan reksa dana BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).
Diketahui BPJS merupakan salah satu investor institusi raksasa sehingga apabila porsi investasi dikerdilkan berpotensi adanya arus uang keluar dari pasar modal dalam jumlah yang lumayan.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR. Langkah ini dilakukan dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT). Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek.
"Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksa dana semakin kecil," jelas Anggoro, Selasa (30/3/2021).
Sementara itu, risiko pelarian modal (capital outflow) kian membayang tekanan jual sejalan dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan yakni di level 1,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMid2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDMzMTE0MDQ0OC0xNy0yMzQzNDEvZm9yY2VkLXNlbGwtaWhzZy1kcm9wLTI4LXNlZGVyZXQtYmx1ZWNoaXAtaW5pLWJhYmFrLWJlbHVy0gEA?oc=5
2021-03-31 07:12:09Z
52782690077386
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Forced Sell? IHSG Drop 2,8%, Sederet Bluechip Ini Babak Belur - CNBC Indonesia"
Post a Comment