Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut adanya praktik tidak benar di perdagangan digital dan menggaungkan benci produk asing.
Hal ini terjadi karena adanya e-commerce asing yang menjual produk impor secara tidak sehat dan membunuh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.
"Perlu diluruskan ada background (latar belakang) yang menyertai pernyataan Pak Presiden. Laporan saya ke beliau tentang laporan praktik yang tak sesuai di perdagangan e-commerce. Praktik e-commerce yang mendunia, praktik ilegal perdagangan predatory pricing, jadi harga yang membunuh kompetisi," tutur dia dalam pernyataan Menteri Perdagangan yang disampaikan secara virtual, dikutip Jumat (5/3/2021).
Dia mengatakan bahwa e-commerce yang dimaksud adalah perusahaan internasional asing, bukan perusahaan asli Indonesia. E-commerce asing ini, menurut Lutfi, menjual barang-barang hasil meniru produksi UMKM dalam negeri. Mereka juga mempelajari apa yang disukai oleh masyarakat Indonesia.
"Ada sebuah tulisan yang dikeluarkan lembaga internasional dunia tentang cerita bagaimana hancurnya kegiatan UMKM terutama di fashion Islam yang terjadi di Indonesia. Pada 2016-2018, sebuah industri rumah tangga mempunyai kemajuan yang luar biasa menjual hijab dan industri tersebut mempekerjakan 3.400 pekerja yang ongkosnya lebih dari US$ 650 ribu dollar/tahun," kata Lutfi.
Kemajuan industri rumahan dalam negeri itu tidak lepas dari pantauan industri-industri asing. Besarnya pasar Indonesia dengan jumlah kaum muslim terbesar di dunia membuat negara asing, yakni China tertarik. Jahatnya, e-commerce yang seharusnya menjadi penengah justru membocorkan rahasia industri dalam negeri ini ke perusahaan China.
"Ketika industrinya maju di 2018 kemudian disadap oleh artificial intelligence yang digunakan oleh perusahaan digital asing, kemudian disedot informasinya dan kemudian dibuat industrinya di china, lalu diimpor barangnya ke Indonesia. Mereka bayar US$ 44 ribu sebagai bea masuk tapi menghancurkan industri UMKM tersebut. UMKM ini biaya gajinya 1 tahun lebih dari US$ 650 ribu, sedangkan bea masuk mereka US$44 ribu dan hal tersebut jadi suatu tren," paparnya.
Sehingga barang murah, jauh dari standar di platform e-commerce berkeliaran di Indonesia, yang bisa saja dari hasil dari kejadian-kejadian curang seperti yang Lutfi ungkapkan di atas. Apalagi, beberapa waktu lalu juga ada tagar #SellerAsingBunuhUMKM.
"Ketika kita membuka platform digital di handphone, benar saja hijab yang dijual perusahaan tersebut Rp 1.900/pcs dan dengan begitu ini disebut predatory pricing. Kita nggak bersaing karena e-commerce itu subsidi atau anti dumping supaya harga turun, matinya kompetisi, matinya industri UMKM dan ini menyebabkan kebencian daripada produk asing yang diutarakan bapak Presiden, karena kejadian-kejadian pada perdagangan yang nggak adil, nggak menguntungkan dan nggak bermanfaat," sebut Lutfi.
Pagi tadi Presiden Jokowi memang melontarkan pernyataan mengejutkan dengan menggaungkan ajakan benci produk asing.
"Produk-produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri, bukan hanya cinta tapi benci. Cintai barang kita, benci produk dari luar negeri sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMib2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL3RlY2gvMjAyMTAzMDUwNzAzMTgtMzctMjI3OTg0L2luaS1jaXJpLWUtY29tbWVyY2UteWFuZy1kaWJlbmNpLWpva293aS10ZWJhay1zaWFwYdIBAA?oc=5
2021-03-05 00:14:46Z
52782647008968
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Ciri E-commerce yang Dibenci Jokowi, Tebak Siapa? - CNBC Indonesia"
Post a Comment