Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus berakhir di teritori negatif pada perdagangan Kamis kemarin (18/5/2020) meskipun Bank Indonesia (BI) sudah mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%.
Namun, katalis positif ini ternyata belum mampu mengangkat IHSG menguat. Justru, indeks saham acuan di Indonesia ini melemah 1,25% ke posisi 4.925,24 poin pada penghujung perdagangan. Hampir seluruh sektor melemah pada penutupan perdagangan sore kemarin.
Data perdagangan BEI mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 26 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi menyentuh Rp 7,3 triliun.
Secara mingguan, asing keluar Rp 2,82 triliun di pasar reguler, dan secara bulanan asing net sell Rp 944,15 miliar di pasar reguler. Namun di pasar nego dan tunai, asing mencatatkan net buy alias beli bersih Rp 14,17 triliun pada periode bulanan. Sementara secara tahun berjalan (year to date), asing net sell Rp 28,86 triliun.
Foto: Top Gainers 18 Juni 2020
Top Gainers 18 Juni 2020 |
Direktur Utama CSA Institute, Aria Samata Santoso berpendapat, penurunan IHSG di akhir perdagangan kemarin lebih disebabkan oleh kekhawatiran pasar mengenai dampak pandemi virus corona tipe baru yang menyebabkan ekonomi Indonesia mengalami tekanan cukup dalam pada kuartal kedua di tahun ini.
"Kekhawatiran investor akan hasil dari laporan keuangan kuartal II-2020 yang kurang menggembirakan menyebabkan penurunan IHSG walaupun ada pemangkasan suku bunga oleh BI," tutur Aria, kepada CNBC Indonesia, Kamis (18/6/2020).
Foto: Top Gainers dan Top Losers 18 Juni 2020
Top Gainers dan Top Losers 18 Juni 2020 |
Meski demikian, Aria melanjutkan, sejumlah stimulus dari Bank Indonesia dinilai masih cukup baik dalam mengimbangi kekhawatiran pasar akan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan proyeksi sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, PDB Indonesia akan kontraksi sebesar 3,1% pada kuartal kedua akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memperkirakan, ekonomi Indonesia akan tertekan cukup dalam pada periode kuartal kedua tahun ini, yakni minus 3,4%. Namun, Bank Mandiri memperkirakan, ekonomi akan kembali tumbuh positif pada kuartal keempat di tahun ini.
"Perekonomian domestik masih punya peluang recovery, dengan asumsi tidak ada second wave di Indonesia, kalau pun memang terjadi, protokolnya dilaksanakan dengan ketat dan tidak melakukan PSBB lagi," kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro.
Kemarin BI untuk menurunkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,25%. Penurunan bunga acuan BI ini juga sejalan dengan Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. Konsensus menghasilkan median BI 7 Day Reverse Repo Rate berada di 4,25%. Artinya turun 25 bps dari posisi saat ini.
"Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian dan mendorong pemulihan ekonomi di era Covid-19. Ke depan, Bank Indonesia tetap melihat ruang penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers.
Pada perdagangan Jumat ini (19/6/2020), PT Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan, berdasarkan analisa teknikal, saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif dan akan diperdagangkan pada level 4.879-5.040.
"Kami berharap bahwa Bank Indonesia memberikan kebijakan kebijakan yang lebih agresif untuk dapat mendorong perekonomian Indonesia, namun pasar tampaknya masih bereaksi flat karena hanya ada pemangkasan tingkat suku bunga saja," tulis Pilarmas.
(tas/tas)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDYxOTA3MDUxNy0xNy0xNjY0NTIvYXNpbmctc3VkYWgta2FidXItcnAtMjgtdC1kaS1zYWhhbS1yaS1hcGEtcGVtaWN1bnlh0gEA?oc=5
2020-06-19 02:35:05Z
52782239254119
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Asing Sudah Kabur Rp 28 T di Saham RI, Apa Pemicunya? - CNBC Indonesia"
Post a Comment