Search

Deretan Saham Ini Diborong Asing, Investor Singapura kah? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura resmi jatuh ke dalam resesi. Ini terkonfirmasi setelah Departemen Statistik Singapura merilis data Produk Domestik Bruto Kuartal Kedua Singapura.

Secara kuartal ke kuartal (QoQ), ekonomi negeri Singa berkontraksi 41,2%. Sementara secara tahunan (YoY), ekonomi minus 12,6%. Ini menjadi rekor angka kuartalan terburuk untuk produk domestik bruto (PDB) Negara Singa. Bahkan sejak negara itu merdeka sejak 1965.

Singapura sendiri pada kuartal pertama tahun 2020 mengalami kontraksi 0,3% secara YoY, sehingga Singapura secara sah dan meyakinkan sudah memenuhi definisi resesi yakni kontraksi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Hal ini membuat negara itu memasuki resesi untuk pertama kalinya sejak 2009. Resesi sendiri biasanya diartikan sebagai kontraksi berturut-turut dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Angka-angka ini lebih buruk daripada yang diperkirakan para pengamat. Sebelumnya menurut konsensus Reuters kontraksi PDB Singapura hanya di angka 10,5% secara YoY.


Apakah resesi ini membuat para investor di Singapura akan melarikan dananya ke bursa lain termasuk RI?

Bisa jadi, bisa juga tidak. Tapi mari melihat data aksi beli bersih (net buy) dan jual bersih (net sell) investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melihat kecenderungan dana asing masuk dan keluar, khususnya pada saham-saham yang dibeli dan dijual asing.

Simak tabel berikut.

Ternyata tren asing dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia tidak banyak berubah dalam periode 1 bulan dan 3 bulan.

Emiten yang mendominasi pembelian investor asing di bursa lokal adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 1,1 triliun pada periode bulanan, dan Rp 631 miliar pada periode tiga bulanan.

Hal ini dikarenakan investor asing bertaruh bahwa daya tahan bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini akan lebih kuat menghadapi pandemi corona dibandingkan dengan perbankan lain, salah satunya karena non-performing loan alias NPL yang mengukur seberapa besar kredit macet yang dimiliki perusahaan, lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank lain.

Pada kuartal pertama 2020, tercatat NPL BBCA adalah sebesar 1,6%. Bandingkan dengan NPL perbankan besar di Indonesia lain di periode yang sama seperti Bank BRI dengan NPL 2,8%, Bank BNI dengan rasio kredit macet sebesar 2,4%, dan Bank Mandiri dengan rasio NPL sebesar 2,3%.

Salah satu emiten unik juga muncul di kedua tabel tersebut, yaitu PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dengan beli bersih sebesar Rp 301 miliar pada periode bulanan dan Rp 302 miliar pada periode 3 bulanan.

Akan tetapi investor lokal jangan terburu-buru mengikuti jejak investor asing dalam memborong saham ini karena ternyata transaksi beli bersih asing ini hanyalah transaksi crossing alias tutup sendiri.

Saat itu terjadi beli bersih asing yang dilakukan oleh Sinarmas Sekuritas (DH) sebagai pembeli dan penjual sebesar Rp 302 miliar pada bulan Juni lalu. SMMA juga terkenal sebagai saham yang memiliki likuiditas saham yang buruk meskipun kapitalisasi pasarnya jumbo.

Sisanya terdapat duo Indofood yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) serta PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang mendominasi pembelian asing pada periode 1 bulanan dan 3 bulanan. Keempat emiten ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama bergerak di sektor barang-barang berbasis konsumsi atau consumer goods.

Beli bersih asing di saham-saham ini sendiri tidak mengherankan sebab sektor barang-barang konsumsi tergolong sektor yang defensif karena produknya tetap di butuhkan walaupun dalam kondisi pandemi corona sekalipun.

Selain itu pasar swalayan dan toserba yang menjadi ujung tombak penjualan barang-barang konsumsi masih diijinkan beroperasi walaupun pemerintah menjalankan kebijakan PSBB Maret silam. Sehingga dapat dikatakan strategi investasi investor asing di bursa lokal masih difensif.

Sedangkan untuk aksi jual bersih investor asing, dari tabel di atas dapat dilihat aksi net sell investor asing masih terfokus pada sektor perbankan yang menjadi 3 dari 5 saham yang paling banyak dilego asing baik pada periode satu bulanan maupun tiga bulanan.

Hal ini karena di tahun 2020 ini memang menjadi tahun yang berat bagi industri perbankan. Selain dampak pandemi corona yang tentunya akan menyebabkan naiknya kredit macet dan penurunan pemberian pinjaman, mulai tahun 2020 ini perbankan juga diharuskan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menerapkan standar akuntansi baru PSAK 71.

Standar yang mengacu kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9 ini menggantikan PSAK sebelumnya yakni PSAK 55.

Dalam PSAK baru ini, poin utamanya ialah pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa piutang, pinjaman, atau kredit.Dengan demikian, aturan akuntansi ini mengubah metode penghitungan dan penyediaan cadangan untuk kerugian akibat pinjaman yang tak tertagih.

Efek PSAK 71 dan virus corona akan dirasakan secara berlipat ganda oleh sektor perbankan karena ketika kemungkinan gagal bayar pinjaman naik akibat pandemi Covid-19 maka jumlah pencadangan akan naik pula sehingga hal ini tentu akan berpengaruh pada laba sektor perbankan.

Secara umum juga investor asing masih belum mau menempatkan dananya dan masih keluar dari bursa lokal meskipun tren penjualan asing sudah berkurang. Secara bulanan investor asing mencatatkan jual bersih sebanyak Rp 4,6 triliun sedangkan secara tiga bulanan asing melakukan net sell sebesar Rp 19,1 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(trp/trp)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDcxNTExMjkwNC0xNy0xNzI4MjYvZGVyZXRhbi1zYWhhbS1pbmktZGlib3JvbmctYXNpbmctaW52ZXN0b3Itc2luZ2FwdXJhLWthaNIBAA?oc=5

2020-07-15 06:33:11Z
CBMidWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDcxNTExMjkwNC0xNy0xNzI4MjYvZGVyZXRhbi1zYWhhbS1pbmktZGlib3JvbmctYXNpbmctaW52ZXN0b3Itc2luZ2FwdXJhLWthaNIBAA

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Deretan Saham Ini Diborong Asing, Investor Singapura kah? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.