Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin (27/7/2020) berpotensi masuk zona merah karena semakin memburuknya hubungan antara AS dengan China, memicu investor untuk menghindari aset berisiko atau pasar ekuitas.
Sebelumnya, pada perdagangan Jumat kemarin (24/7/2020) IHSG ditutup melemah ke level 5.082,99, dengan penurunan 62,02 poin atau sebesar 1,21% terdorong oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China, sehingga investor cenderung menghindari aset berisiko (risk aversion).
Ketegangan antara AS-China kembali muncul setelah AS meminta Beijing untuk menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebelumnya mengingatkan akan ada balasan setimpal jika aksi itu tak dikoreksi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan kemarin nilai transaksi mencapai Rp 8,38 triliun, investor asing masih mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 739,88 miliar di semua pasar.
Sementara volume transaksi tercatat 13,58 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 790.231 kali transaksi. Ada 296 saham yang turun, sementara naik sebanyak 135 saham dan stagnan 163 saham.
Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) (-6,99%), PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) (-6,72%), PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) (-6,27%), sedangkan PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) (-5,93%) dan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) (-4,55%).
Saham yang paling banyak dilego asing Jumat kemarin adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 200 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 128 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan beli bersih sebesar Rp 30 miliar dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 14 miliar.
Kendati koreksi pada perdagangan akhir pekan, namun sepekan kemarin IHSG masih mampu membukukan kenaikan tipis yang sebesar 0,07% yang terdorong oleh kabar seputar pengembangan vaksin Covid-19 dan juga efektifnya kebijakan helikopter uang.
Sentimen positif sepekan kemarin terjadi setelah kandidat vaksin corona dari China telah tiba di Indonesia dan sedang dalam uji klinis tahap ketiga oleh Bio Farma. Jika berjalan sesuai ekspektasi, PT Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut dengan kapasitas sebanyak 100 juta dosis per tahun.
Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan stimulus sebanyak mungkin untuk mengangkat daya beli dan konsumsi masyarakat. Pendekatan Modern Money Theory atau Teori Moneter Modern tampaknya menjadi pilihan.
Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS), yaitu Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (Sabtu pagi waktu Indonesia) berakhir di zona merah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 182,44 poin atau 0,68% menjadi 26.469.89, sementara Nasdaq turun 98,24 poin atau 0,94 % menjadi 10.363,18 dan indeks S&P 500 merosot 20,03 poin atau 0,62% menjadi 3.215,63.
Pelemahan Wall Street juga datang di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan antara AS dan China setelah Beijing memutuskan untuk mencabut izin pendirian dan pengoperasian Konsulat Jenderal AS di Chengdu.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari setelah pemerintah AS memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston, Texas, di tengah tuduhan bahwa para diplomat China membantu spionase ekonomi dan upaya pencurian penelitian ilmiah.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China mengklaim bahwa langkah tersebut oleh AS melanggar hukum internasional dan merusak hubungan AS-China dan menyebut penutupan konsulat AS di Chengdu sebagai "tanggapan sah dan perlu untuk tindakan tidak wajar Amerika Serikat."
Selain hubungan AS-China yang memburuk, investor juga kecewa dengan kinerja para emiten di bursa saham New York. Intel, misalnya, memperkirakan pendapatan pada kuartal III-2020 sebesar US$ 18,2 miliar. Turun dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 19,73 miliar.
Pada catatan pukul 07.40 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,32% pada 26.406, sedangkan S&P 500 menguat 0,24% menjadi 3.211 dan Nasdaq Composite 100 melesat 0,33% pada 10.493.
Pada perdagangan pagi ini Senin (27/7/2020) koreksi bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG masuk kembali ke zona merah.
Foto: Revinitif
Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area support, dengan garis BB yang semakin melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung menurun.
Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 5.055 hingga area 4.990. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.110 hingga area 5.170.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang sudah berpotongan ke bawah, maka kecenderungan pergerakan untuk koreksi lebih lanjut.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 40 setelah menyentuh area overbought, dengan garis yang bergerak turun, maka IHSG cenderung terkoreksi atau konsolidasi hingga menyentuh level 20 yang sekaligus menjadi area oversold yang bisa merubah pergerakan.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area support, dengan garis yang semakin melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk koreksi lebih lanjut. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang sudah berpotongan ke bawah.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(har/har)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDcyNzA4MDMyMS0xNy0xNzU1MjUvc2lhcGthbi1wYXJhc3V0LWloc2ctYmVycG90ZW5zaS10ZXJqdW4ta2UtYmF3YWgtNTAwMNIBAA?oc=5
2020-07-27 01:46:43Z
52782299637515
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Siapkan Parasut! IHSG Berpotensi Terjun ke Bawah 5.000 - CNBC Indonesia"
Post a Comment