Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Rupiah hampir menyentuh Rp 15.500 per dolar AS hari ini, Senin (17/10/2022).
Mengutip data RTI, siang ini pukul 13.00 WIB, kurs dolar AS terhadap rupiah menyentuh Rp 15.457. Level tertingginya mencapai Rp 15.481. Hingga saat berita ini diturunkan, dolar AS terpantau bergerak di rentang Rp 15.248-15.481 atau naik 1,46%.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat, tren pelemahan rupiah akan berlangsung hingga akhir tahun 2023. Ancaman resesi ekonomi global menjadi salah satu penyebabnya.
"Ini bakal berlanjut sampai akhir 2023, tergantung dari beberapa faktor kunci utama. Salah satunya adalah ada ancaman resesi ekonomi global," katanya kepada detikcom, Senin (17/10/2022).
Bhima mengatakan, ancaman resesi membuat banyak investor keuangan mengalihkan aset mereka. Dari berinvestasi di negara berkembang, mereka memilih mengamankan aset ke sektor yang aman terhadap dolar.
Sependapat dengan Bhima, Founder & CEO Emtrade Ellen May bakal terus terjadi. Bahkan di Desember 2022 ini, dolar bisa menyentuh Rp 16.000.
"Bisa sampai Rp 16.000 setidaknya sampai Desember 2022 ini," katanya saat dihubungi detikcom.
Pengetatan moneter yang serempak dan agresif juga menjadi faktor lainnya. Seperti diketahui, banyak negara menaikkan suku bunga, termasuk The Fed yang menaikkan 75 basis poin pada September lalu.
Menurut Ellen, kenaikan suku bunga membuat dolar AS terus menguat. Namun, jika tahun depan inflasi terkendali, ada kemungkinan The Fed menyetop kenaikan suku bunga. Ellen berharap perekonomian kembali membaik pada kuartal II 2023.
Bhima menambahkan, 'durian runtuh' yang diterima RI dari penjualan komoditas alam seperti minyak mentah dan CPO tak bisa jadi patokan lagi. Apalagi harga komoditas sudah mengalami koreksi, sehingga berpengaruh pada nilai tukar rupiah.
"Satu semester pertama rupiah masih terjaga baik (penjualan) komoditas pertambangan maupun perkebunan. Dengan adanya pembalikan arah dari beberapa harga komoditas seperti koreksi pada CPO sawit, itu bisa membuat penerimaan devisa mengalami tekanan,"
Selain itu, surplus neraca dagang dan kebutuhan impor juga mempengaruhi nilai rupiah. "Terakhir adalah kebutuhan impor, baik impor pangan, bahan baku dan konsumsi. Impor yang meningkat bisa melemahkan rupiah karena kebutuhan valasnya bengkak," pungkasnya.
(eds/eds)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMie2h0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYnVyc2EtZGFuLXZhbGFzL2QtNjM1MjY1Ni9oYWphci1ydXBpYWgtc2FtcGFpLWJhYmFrLWJlbHVyLWRvbGFyLWFzLXRhaHVuLWluaS1iaXNhLXRlbWJ1cy1ycC0xNjAwMNIBAA?oc=5
2022-10-17 07:03:07Z
1605552278
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hajar Rupiah Sampai Babak Belur, Dolar AS Tahun Ini Bisa Tembus Rp 16.000 - detikFinance"
Post a Comment