Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Negara Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) begitu juga Rusia dan beberapa lainnya yang disebut OPEC+ yang memangkas produksinya sebesar 2 juta barel per hari mendapat kritikan dari banyak pihak.
Maklum saja, dunia saat ini sedang menghadapi masalah inflasi tinggi yang bisa membawa ke resesi hingga stagflasi, dunia bakal kacau balau.
Salah satu penyebab tingginya inflasi yakni harga energi yang mahal akibat tingginya harga minyak mentah, gas alam hingga batu bara.
Kartel OPEC+ yang memangkas produksinya tentunya membuat harga minyak mentah yang sebelumnya sudah menurun berbalik menanjak lagi.
"Dalam bahasa mereka sendiri, misi OPEC untuk memastikan harga yang tepat bagi konsumen dan produsen. Keputusan mereka mengurangi tingkat produksi dalam kondisi ekonomi saat ini menunjukkan kebijakan yang berlawanan dengan misi tersebut," kata Stephen Brennock, analis senior di PVM Oil Associates di London, sebagaimana dikutip CNBC International, Rabu (4/10/2022).
Brennock bahkan mengatakan OPEC+ bertindak egois dan lebih mementingkan duit, padahal banyak negara saat ini menghadapi masalah akibat tingginya inflasi.
"Supply yang sudah ketat, dan kini malah semakin dikurangi akan langsung memukul konsumen. Itu adalah langkah yang egois dan hanya bertujuan untuk mendapatkan profit. Pendek kata, OPEC+ memprioritaskan harga di atas stabilitas dalam kondisi yang penuh ketidakpastian di pasar minyak mentah," tambahnya
Goldman Sachs pun menaikkan perkiraan harga minyaknya untuk tahun ini dan 2023, pengurangan produksiyang disepakati oleh produsen OPEC+ menjadikan harga minyak "sangat bullish" untuk ke depan.
Bank investasi asal Amerika Serikat tersebut menaikkan perkiraan harga Brent 2022 menjadi US$104 per barel dari US$99 per barel dan perkiraan 2023 menjadi US$110 per barel dari $ US108 per barel.
Pada perdagangan Jumat (7/10/2022), Brent diperdagangkan di kisaran US$ 94 per barel.
Dengan harga minyak mentah yang akan meninggi, inflasi berisiko masih berada di level tinggi dalam waktu yang lama, dunia bisa kacau balau.
Gedung Putih pun buka suara terkait langkah OPEC+ tersebut. Presiden AS Joe Biden dikatakan "kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memotong kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina."
Dikatakan bahwa Biden telah mengarahkan Departemen Energi untuk melepaskan 10 juta barel lagi dari cadangan minyak strategis bulan depan.
"Mengingat tindakan hari ini (Rabu), Administrasi Biden juga akan berkonsultasi dengan Kongres tentang alat dan otoritas tambahan untuk mengurangi kendali OPEC atas harga energi," kata Gedung Putih, sebagaimana dilansir CNBC International.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Bank Sentral Turki Borong 84 Ton Emas!
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiemh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIyMTAwNzA4MjUzNC0xNy0zNzc5MTcva2FydGVsLW9wZWMtYmlraW4tZHVuaWEta2FjYXUtYmFsYXUtdHVya2ktYm9yb25nLTg0LXRvbi1lbWFz0gEA?oc=5
2022-10-07 01:45:13Z
1589200393
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kartel OPEC Bikin Dunia Kacau Balau, Turki Borong 84 Ton Emas - CNBC Indonesia"
Post a Comment