Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok 0,93% pada perdagangan awal pekan kemarin, dan berisiko berlanjut hari ini Selasa (21/9). Sebab, kasus Evergrande yang membuat bursa Asia terpuruk kemarin juga "menyerang" bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street.
Ketiga indeks utama Wall Street ambrol, indeks Nasdaq memimpin sebesar 2,2%, disusul indeks Dow Jones dan S&P 500 yang masing-masing merosot 1,8% dan 1,7%.
Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar (default). Semakin memperburuk situasi, Amerika Serikat kini kembali menghadapi isu batas utang yang berisiko membuat pemerintahan shutdown alis terhenti sementara, hingga mengalami default.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen meminta Kongres AS untuk menaikkan batas utang untuk menghindari hal tersebut.
"Jika batas utang tidak dinaikkan, suatu saat di bulan Oktober, sulit untuk memprediksi kapan waktu tepatnya, saldo kas di Departemen Keuangan tidak akan mencukupi, dan pemerintah federal tidak akan mampu membayar tagihannya," tambah Yellen.
Meski demikian, Partai Republik menolak mendukung kenaikan batas utang tersebut. Senator partai Republik dari Lousiana, Bill Casssidy mengatakan Partai Demokrat ingin menaikkan batas utang tersebut untuk membiayai rencana proyek triliunan dolar AS yang disebut "Democrat wish list".
Secara teknikal, jebloknya IHSG kemarin membuatnya kini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan persis di kisaran MA 200. Tetapi masih di atas MA 100, jika sampai berada di bawahnya, maka tekanan bagi IHSG akan semakin besar.
Meski demikian, pelemahan IHSG kemarin membuktikan outlook-nya masih sideways.
Jika dilihat sejak awal Juni, IHSG membentuk pola Rectangle, dengan batas atas di kisaran 6.140 dan batas bawah di kisaran 5.940.
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv |
Pola Rectangle juga menjadi indikasi pergerakan sideways. Diperlukan penembusan konsisten di batas atas untuk memicu penguatan lebih lanjut. Pada 5 Agustus lalu, IHSG sempat menembus batas atas tersebut, tetapi hanya bertahan 2 hari saja. Artinya, mengalami false breakout.
Kemarin, IHSG sempat mendekati batas atas pola Rectangle, kemudian jeblok. Artinya, 6.140 memang menjadi resisten yang kuat. Sementara selama tertahan di bawah MA 200, IHSG berisiko turun ke 6.050 hingga ke MA 100 di kisaran 6.030. Jika level tersebut ditembus, IHSG berisiko menguji level psikologis 6.000, bahkan tidak menutup kemungkinan dilewati.
Resisten terdekat kini berada di kisaran 6.100 hingga 6.115 yang menjadi target penguatan hari ini. Jika level tersebut ditembus, IHSG berpeluang menuju batas atas pola Rectangle.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDkyMTA3MTY0MS0xNy0yNzc4MDQvZXZlcmdyYW5kZS1zZXJhbmctd2FsbC1zdHJlZXQtd2FzcGFkYS1paHNnLWtlLWJhd2FoLTYwMDDSAXpodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9tYXJrZXQvMjAyMTA5MjEwNzE2NDEtMTctMjc3ODA0L2V2ZXJncmFuZGUtc2VyYW5nLXdhbGwtc3RyZWV0LXdhc3BhZGEtaWhzZy1rZS1iYXdhaC02MDAwL2FtcA?oc=5
2021-09-21 01:19:25Z
52782973978691
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Evergrande Serang Wall Street, Waspada IHSG ke Bawah 6.000 - CNBC Indonesia"
Post a Comment